Bahan Kuliah : Human Relations BAB V


BAB. V.
SEJARAH HUMAN RELATION

Menurut Jack Hallowan dalam bukunya “Apllied Human Relation, An Organizational Approach,” meskpun tidak dapat ditentukan tanggal berapa gerakan human relation dimulai namun tahunnya dapat disebutkan yakni sekitar tahun 1850 ketika perhatian banyak ditumpahkan kepada kebutuhan para pekerja dan tatkala disadari bagaimana kebutuhan tersebut mempengaruhi keseluruhan produktivitas. Sebelumnya para manajer memandang para pekerja sebagai komoditi untuk dijual dan dibeli seperti komoditi lainnya. Bekerja sehari-harian yang teramat lama dengan upah yang rendah serta kondisi kerja yang menyedihkan merupakan kenyataan bagi kehidupan rata-rata pekerja. Persatuan kaum buruh masih berjuang untuk dapat berdiri dan masih belum dapat memenangkan hak untuk mewakili kekuatan kaum buruh.
Kemudian pada tahun-tahun di sekitar peralihan abad muncul Frederick Taylor dengan teorinya yang terkenal dengan apa yang dinamakan “scientific management”. Teori ini menyatakan bahwa produktivitas yang lebih besar akan dapat diperoleh dengan memerinci tugas-tugas secara khusus.
Tujuan utama dari “scientific management” tersebut menurut Taylor adalah “untuk menghilangkan antagonisme antara majikan dan bawahannya.” Dia merasa yakin bahwa apabila para pengusaha dan para pekerjanya bersama-sama mengkonsentrasikan dirinya pada metode untuk meningkatkan produksi dan bersama-sama menumpahkan perhatian terhadap peningkatan, bukannya mempersoalkan pembagian surplus maka surplus tersebut akan menjadi sedemikian besarnya sehingga tidak akan menimbulkan konflik mengenai bagaimana membaginya karena sudah lebih dari cukup.
Teori Taylor ini ternyata mendapat kecaman juga yakni bahwa manajemen ilmiah tersebut cenderung untuk lebih mengeksploitasi para pekerja daripada memberikan keuntungan kepadanya. Dikatakan bahwa teori tersebut menitikberatkan kontrol dan disiplin pada pengrusakan morale atau daya juang para pekerja. Si pencipta scientific management itu dituduh menganggap para pekerja semata-mata alat ekonomi, dipisahkan, hampir-hampir mekanik dan merupakan bagian dari proses produksi bukan sebagai manusia dengan kebutuhannya.
Lepas dari banyaknya kecaman tersebut, pengenalan scientific management itu telah meluas pula ke kalangan industriawan dan para manager.
Dengan menyebarnya teknik-teknik manajemen ilmiah itu dalam rangka meningkatkan penentuan tugas dan produser penempatan para pekerja para usahawan dan industriawan menyadari bahwa kemampuan para pekerja secara individual adalah unik.
Pada tahun 1920 citra para pekerja telah berubah banyak dibandingkan dengan tahun-tahun pada waktu peralihan abad. Pandangan baru menyatakan bahwa semua pekerja adalah manusia-manusia yang komplek dan unik yakni bahwa ketrampilan dan kemampuannya secara individual dapat diukur, diuji dan dilatih. Seorang pekerja secara individual dapat dianggap sebagai perpaduan dari berbagai sifat, sifat yang dapat diukur secara cermat dan dikembangkan dengan latihan yang tepat. Selama dekade ini para manajer menjadi percaya bahwa testing dapat memecahkan, jika tidak seluruh masalah, setidak-tidaknya penentuan tugas, penempatan dan kenaikan pangkat.
Pada waktu yang sama ketika citra baru dari para pekerja berkenan di hati para manajer, serikat buruh menjadi semakin kuat. Antara tahun 1897 dan 1904 di Amerika Serikat keanggotaan serikat buruh meningkat dari 400.000 menjadi 2 juta. Dan pada tahun 1920 serikat-serikat buruh di seluruh negeri telah mendapat pengakuan dari para industriawan beserta para manajernya.
Perkembangan yang terpisah, teknik-teknik manajemen ilmiah, perjuangan pemimpin-pemimpin serikat buruh, dan teknologi yang berubah cepat, kesemuanya menuju kepada pengakuan bahwa seorang pekerja adalah manusia dengan segala kebutuhannya. Ketiga perkembangan tersebut juga menyebabkan para manajer mengkaji kembali citranya masing-masing. Mereka menilik diri dan mulai mempertanyakan kearifannya mengenai pandangan-pandangan yang tradisional terhadap gaya kepemimpinan dan pengambilan keputusannya.
Pada pertengahan tahun 1920 titik vokal dari pendekatan humanistik dalam bisnis dan industri adalah Studi Hawthorne yang sangat terkenal yang dilakukan oelh Elton Mayo dan kawan-kawannya pada National Research Council yang bekerjasama dengan Massachusetts Institute of Technology. Regu Mayo ini memulai studinya mengenai efek penerangan lampu, ventilasi dan kepenatan para pekerja Hawthorne Plant of Western Electric.
Setelah eksperimen yang berlangsung selama beberapa tahun itu selesai, menjadi jelas bagi para peneliti bagaimana pentingnya faktor-faktor morale atau daya juang kelompok dan motivasi pribadi. Sebagai kesimpulan, studi Hawthorne itu menunjukkan bahwa dengan pengukuran secara kuantitatif, interaksi normal dari para pekerja yang sedang melakukan tugasnya selamanya menciptakan suatu jaringan sosial yang dinamakan organisasi informal yang amat besar pengaruhnya terhadap pola tingkah laku para pekerja.
Sejak itu bagi manajemen, sudah tidak mungkin lagi memandang para pekerja semata-mata sebagai alat ekonomi atau sebagai unit yang terpisahkan dari proses produksi. Mereka harus dilihat sebagai manusia yang kompleks yang interaksinya berpengaruh terhadap hasil produksi secara keseluruhan tanpa mempersoalkan proses teknologi yang rumit.
Perhatian dan minat terhadap human relation itu pernah menurun di sekitar tahun 1930-an selama berlangsungnya depresi di Amerika Serikat. Tetapi pada tahun-tahun Perang Dunia II dan sesudahnya para industriawan dan usahawan telah menunjukkan pengertian yang lebih mendalam terhadap hubungan antara produktivitas dan kepuasan hati para pekerja.
Sejak itu amat banyak studi yang dilakukan dan diterbitkan oleh para teoritisi bisnis dan ilmuwan sosial. Menurut Jack Hallowan, dua di antaranya yang dianggap paling penting adalah karya McGregor mengenai teori management tradisional yang ia namakan Theory X sebagai lawan dari pendekatan humanistik yang disebut Theory Y dan studi Abraham Maslow mengenai “jenjang kebutuhan manusia” (hierarchy of human needs).
Kontribusi kepada disiplin ilmu yang cepat berkembang itu mengalami peningkatan selama tahun 1940-an dan 1950-an. Berbagai studi dilakukan, di antaranya oleh para psikolog seperti Carl Rogers dan Kurt Lewin; para sosiolog Daniel Bell dan C.Wright Mills; dan para manajer organisasi-organisasi besar antara lain Chester I. Barnard.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an para usahawan di berbagai negara maju telah menunjukkan penilaiannya bagaimana pentingnya kontribusi secara teoritis dan eksperimental tersebut.












Komentar

Postingan populer dari blog ini

soal UAS Etika Kehumasan

Artikel Komunikasi

KOMPONEN KONSEPTUAL KOMUNIKASI