Artikel Ilmiah Tentang Kepariwisataan


EKSISTENSI PRAMUWISATA DALAM PEMULIHAN KEPARIWISATAAN BALI PASCA KRISIS
(SUATU TINJAUAN FENEMENOLOGIS KOMUNIKASI)
Oleh : I Dewa Ayu Hendrawathy Putri, S.Sos, M.Si.

Tulisan ini Di muat Dalam Jurnal Kajian Ilmu Komunikasi FIKOM Universitas Dwijendra Denpasar (Januari 2007, Volume 2, Nomor 1. Hal. : 51 – 64.  ISSN: 1907-5413)

I. PENDAHULUAN
Abad XXI yang merupakan revolusi teknologi canggih dan informasi serba cepat, sudah dapat kita rasakan dalam dua dasawarsa abad XXI ini. Dalam dunia kepariwisataan komunikasi mempunyai peran penting sebagai media untuk mencari atau mengumpulkan informasi khususnya dalam mempresentasikan paket wisata (package tour). Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang membangun, kita menyadari betul bahwa keberhasilan banga ini akan tergantung kepada kita sendiri bukan kepada orang lain. Persaingan antar bangsa semaki ketat (tough, fierce competition among Nations), dalam hal ini factor penentu yang akan mampu menjawab adalah kualitas sumber daya manusia (Man Power) pada berbagai lapisan dan berbagai sector baik swasta maupun pemerintah. Yang mana pariwisata sudah dijadikan sector andalan yang diharapkan sebagai “Prime Mover” dalam pembangunan ekonomi nasional, sehingga diperlukan langkah-langkah strategis dalam pertumbuhannya di Asia Fasifik.
“Organisasi Pariwisata Dunia (World Tourism Organization) yang bermarkas di Madrid membuat suatu ektrapolasi bahwa pada tahun 2000, wisatawan dunia akan mencapai angka kurang lebih 700 juta, angka tersebut diproyeksikan bahwa Indonesia pada tahun 2000 akan mampu menyerap 7.815 juta wisatawan manca Negara, pada tahun 2005, berkisar 10.717 juta (sumber : Travel Business Analyst).
Proyeksi tersebut diatas bisa tercapai ataupun tidak sanagt tergantung pada faaktor-faktor lain seperti :
1.        Stabilitas Nasional
2.      Kesiapan masyarakat setempat
3.      Kesiapan praktisi kepariwisataan termasuk didalamnya Sumber Daya Manusia khususnya pramuwisata yang merupakan salah satu ujung tombak pariwisata dan sekaligus sebagai penyambung lidah (Source), secara kuantitas dan yang lebih penting agi “kualitas” denga tujuan profesionalisme pelayanan (Professionalism Services).
Namun analisis tentang eksplotasi kepariwisataan tersebut justru tidak dapat terwujud khususnya di Bali. Mengingat, Bali yang mengandalkan pariwisata sebagai pilar utama perekonomiannya sudah sangat merasakan pengaruh tragedy bom Bli I tahun 2002 yang disusul bom Bali II tahun 2004. Dampak kedua peristiwa tragis ini sangat serius bagi kehidupan pariwisata Bali dan masyarakat Bali, sampai saat ini pun pengaruh pariwisata tersebut masih berdampak yaitu dengan minimnya unjungan wisatawan mancanegara ke Bali, terjadi PHK (putus hubungan kerja) serta jaringan perekonomian terkait dengan pariwisata mengalami stagnansi bahkan satu persatu mulai berguguran. Ketdakpercayaan pihak luar akan system keamanan Bali menyebabkan beberapa Negara asal wisatawan mengeluarkan Travel Warning atau Travel Ban to Bali-Indonesia. Ironisnya lagi kondisi ini diperparah lagi dengan berbagai kasus anarkis dan berbagai bentuk pertikaian antar kelompok membuat kondisi yang menakutkan untuk bepergian ke daerah tujuan wisata. Dan fenomena yang sedang marak saat ini adalah merebaknya kasus flu burung (Avian Influenza) seolah-olah menjadi “bom ketiga” bagi pariwisata Bali. Dan hal tersebut mau tidak mau juga menghambat proses pemulihan kepariwisataan kita khususnya Bali. Berdasarkan uraian problematic diatas adapun permasalahan yang muncul adalah bagaimana eksistensi pramuwisata dalam pemulihan kepariwisataan Bali pasca krisis ?

II. PEMBAHASAN
Berdasarkan uraian latar belakang di atas berikut ini akan diuraikan beberapa pembahasan terkait dengan langkah apa saja yang akan dilakukan oleh seorang pramuwisata ikut andil dalam pemulihan kepariwisataan Bali pasca krisis

2.1. PRAMUWISATA (TOUR GUIDE) SEBAGAI SUMBER INFORMASI
Daya saing pariwisata Indonesia (termasu Bali) relative agak menang kalau dilirik dari sisi harga yang murah, sedangkan dari sisi lain seperti infrastruktur, SDM sangat jauh ketinggalan, sehingga untuk masa-masa yang akan dating kalau tidak ada upaya yang signifikan untuk meningkatkan mutu produk murahan, dan suatu hal yang menyimpang dari tujuan pengembangan pariwisata khususnya untuk daerah Bali, yakni pengembangan pariwista budaya (Culture Tourism).
Perkembangan pariwisata suatu daerah sangat tergantung pada sarana dan prasarana pendukung aksesibilitas ke daerah tersebut. Terkait dengan ini, khususnya penerbangan yang merupakan sarana yang digunakan hamper 95 % lebih wisman (foreigns) yang dating ke Indonesia termasuk Bali, ternyata mengalami penurunan rata-rata -1,59% selama periode 1995-2003, sehingga mengakibatkan jumlah penumpang luar negeri ke Indonesia mencapai angka rata-rata -2,52%. Angka ini pun tercapai karena didukung oleh tariff penerbangan murah yang dilaksanakan beberapa tahun terakhir pasca krisis ekonomi di tahun 1997. Bukan hanya itu, pada sisi tingkat hunian kamar dan lamanya tinggal (occupancy rate and length of stay) juga mengalami penurunan dari 12,26 % hari (2000) menjadi 9,69 (2003). Khususnya di Bali angkanya agak aneh yakni untuk masing-masing periode tersebut 11,00 hari (2000) dan 11,20 hari (2003), dan ini perlu dicek kebenarannya. Karena dilihat dari rata-rata pengeluarannya untuk masing-masing periode tersebut adalah US$ 92,59 dan naik sedikit menjadi US$ 93,27 untuk Indonesia, dan khusus di Bali turun dari US$ 77,35 menjadi US$ 64,81.
“Dilihat dari sisi sumbangan sector pariwisata terhadap perekonomian nasional, berdasarkan kajian WTTC (World Travel & Tourism Council) berdasarkan metode analisis TSA (Tourism Sattelite Account) tahun 2004, adalah untuk Bali ternyata akibat tragedy bom (bom exploded), sumbangan sector parwiwisata menurun dari 59,95 % (tahun 2000) menjadi 47,42 % (tahun 2002)”. (Source: Bali Post, April 2005 : Hasil kajian Prof. Dr. I Nyoman Erawan dengan World Bank-UNDP-USAID tahun 2003 dengan metode analisis input-output /I-O).
“Menurut catatan data Biro Pusat Statistik (BPS) bulan April 2005 lalu, dimana wisman (foreigns) yang dating ke Bali melalui International Ngurah Rai Airport pada bulan Januari 2005 hanya 107.728 tourist dan pada bulan Pebruari 2005 justru turun menjadi 105.402 wisman (foreigns) atau turun sekitar 2,16 % (Source : Bali Post, 9 April 2005).”
Namun, hingga saat ini kepariwisataan Bali kembali mengalami penurunan hingga 40-60%. Kemungkinan besar hal ini terjadi akibat maraknya kasus flu burung, masalah keamanan, dan bencana alam seperti; banjir, longsor, gempa bumi dan lain sebagainya.

2.2. PROFESIONALISME DALAM KANCAH PERSAINGAN GLOBAL
“Giving Attention And Time Equally”, ungkapan ini sudah tidak asing lagi bagi insane pariwisata khususnya pramuwisata. Karena itulah salah satu kunci sukses yang hakiki dalam etiket pramuwisata. Dewasa ini untuk dapat memenangkan persaingan, bukan hanya dengan memeberikan potongan harga yang besar atau hadiah-hadiah yang menarik, tetapi yang penting adalah pelayanan yang professional, yaitu pelayanan yang dapat memuaskan wisatawan bahkan mampu menarik wisatawan agar mau berkunjung ke daerah tujuan wisata tersebut khususnya pulau Bali.
Untuk dapat mewujudkan hal-hal tersebut memang tidak lepas dari dukungan Sumber Daya Manusia berkualitas, trampil komunikatif dan inovatif khususnya di dalam memberikan pelayanan yang professional, serta memiliki keahlian mutlak yakni; berkomunikasi dalam bahasa asing dengan baik kepada wisatawan, mengingat peranan komunikasi dalam hal ini sangat menunjang perkembangan pariwisata khususnya di Bali. Pelayanan professional hanya dapat diberikan oleh seorang pramuwisata yang professional pula, yaitu mereka yang selalu berorientasi kepada kepuasan wisatawan sebagai konsumen. Rasa puas wisatawan dapat diketahui pada saat mereka akan meninggalkan Negara kita (termasuk Bali), dimana biasanya muncul satu”statement” yang mengatakan “Your Country is Beautiful And Your Services is Excellent, We Definitely Will Return Again”. Dikalangan insane pariwisata sudah tidak asing lagi mendengar ungkapan “the Customer are the kings”. Seorang pramuwisata dalam memberikan dalam jawaban atas pertanyaan-pertanyaan wisatawan dalam beberapa hal harus bersifat “takstis dan diplomatis”. Hindari merespon pertanyaan dengan ungkapan “Sorry I Don’t Know” apalagi “Sorry I Don’t know because I Was Not Born in Bali”. Untuk menyiasati taktik diplomatis seorang pramuwisata perlu belajar berdiplomasi melalui pengalaman di lapangan atas dasar pertanyaan-pertanyaan wisatawan, diskusi bersama dengan rekan-rekan seprofesi yang mungkin lebih berpengalaman dan browsing melalui internet terkait dengan kendala-kendala yang dialami.
Apalagi di era informasi dewasa ini seiring pesatnya kemajuan teknologi dan informasi tida ada pramuwisata “Trial and Error”. Mereka yang amatir pasti akan tersingkir dengan sendirinya. Apalagi saat ini persaingan cukup ketat. Menuju pelayanan professional, ada beberapa hal yang telah dimiliki oleh rakyat Indonesia sudah sejak turun temurun (termasuk insan pramuwisata yang melekat pada dirinya) adalah sikap ramah-tamah serta mudah senyum       ( keep your smile always). Sifat ramah-tamah ini merupakan suatu “asset potensial” yang sangat besar dalam bidang pramuwisata.
Secara kontekstual tidak dapat dipungkiri bahwa pramuwisata sangat berperan dalam menunjang pembangunan kepariwisataan di Bali. Sehingga eksistensinya akan tetap diakui dan diberlakukan oleh wisatawan dan biro perjalanan yang ada. Oleh karenanya pramuwisata harus selalu meningkatkan kualitasnya dan tidak hanya memiliki penggetahuan memadai di bidang pariwisata dan kebudayaan.
Pramuwisata juga perlu memahami issue global, meliputi :
§       Human Rights (hak-hak asasi manusia)
§       Environments (lingkungan hidup)
§       Democracy (demokrasi).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa komponen pariwisata dan masyarakat telah dengan jelas melihat partisipasi aktif pramuwisata dalam pengembangan kepariwisataan di Bali khususnya dan di Indonesia umumnya. Sebagai ujung tombak pariwisata kiprahnya cukup menonjol dan disoroti oleh kalangan luas. Sehingga sebagai Sumber Daya Manusia, pramuwisata harus meningkatkan pendidikan secara berkesinambungan baik for,al maupun informal yang nantinya mampu menjawab secara terarah dan mendasar tantangan-tantangan kepariwisataan di masa mendatang. Dan pada Januari 2009 mendatang Bali mendapat kehormatan menjadi tuan rumah Konvensi ke-13 Federasi Assosiasi Pramuwisata Dunia (World Federation of Tourist Guides Association / WFTGA). Bali berhasil menyisihkan calon tuan rumah lainnya yaitu; Macao, Singapore, dalam pemilihan yang demokratis pada Konvensi ke-12 WFTGA di Kairo, Mesir beberapa waktu lalu. Dan pramuwisata hendaknya mampu menjadi sumber informasi yang terhandal dan memberikan pelayanan yang professional serta ikut andil dalam menyukseskan Konvensi ke-13 WFTGA tersebut.
“Pelayanan professional hanya dapat diberikan oleh pramuwisata yang professional pula, yaitu mereka yang selalu berorientasi kepada kepuasan wisatawan sebagai konsumen. Yng mana seorang pramuwisata yang dikatakan professional, selainmempunyai pengalaman yang luas, ia juga harus slalu punya kemampuan, baik secara teorits maupun teknis dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan “(Oka A. Yoeti, 1991:87).

2.3. KIAT MEMBINA KOMUNIKASI YANG BAIK
Berkomunikasi merupakan suatu keharusan dan mutlak dilakukan oleh seorang pramuwisata, mengingat profesi seorang pramuwisata dalam aktivitasnya harus mampu menjadi komunikator (source) yang baik dan terpercaya bagi setiap wisatawan yang di-handle-nya. Dalam dunia pariwisata komunikasi memang sangat berperan didalam memberikan informasi tentang objek dan daya tarik wisata (Darikwis), memberikan instruksi dalam melakukan perjalanan wisata (tour), memberikan hiburan melalui atraksi wisata serta komunikasi merupakan senjata ampuh dalam mempengaruhi agar wisatawan yang kita handle mempunyai keinginan (desire) untuk dating kembali, khususnya ke pulau Bali. Terkait dengan ini pelayanan pemamduan (guiding) biasanya mulai diberikan oleh seorang pramuwisata kepada wisatawan pada saat baru tiba baik melalui bandara,pelabuhan laut, terminal bus yang selanjutnya mengantar wisatawan ke tempat penginapan atau hotel sesuai dengan reservasi yang sudah dilakukan oleh wisatawan sebelumnya. Selanjutnya pelayanan pemamnduan yang diberikan oleh seorang pramuwisata kepada wisatawan pada saat mengunjungi objek-objek wisata dengan memberikan penjelasan tentang objek wisata tersebut secara kronologis dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh wisatawan sesuai dengan etika seorang pramuwisata.
Pramuwisata hendaknya selalu ingat dengan semboyan orang Inggris ‘A Thing of Beauty is Joy Forever” (sesuatu yang indah itu memberi kenangan untuk selamanya), selanjutnya pada saat akan memberikan penjelasan atau berkomunikasi tentang objek wisata (Tourist Destination Area) khususnya daerah Bali, terlebih dahulu melakukan pendekatan mengenai pokok masalah yang akan dikomentari. Dan merupakan hal yang mutlak dan nyata bahwa seorang pramuwisata wajib mempelajari semua bagian-bagian pokok dari suatu objek wisata ataupun suatu daerah seperti berikut :
§       Nama, misalnya: nama sebuah monument, Pura, desa, danau, gunung, hutan (alas: bahasa Balinya) dan lain-lain;
§       Lokasi, misalnya: di pedesaan, di perkotaan, di pegunungan dan lain-lain;
§       Geografi, misalnya: cirri khas daerahnya seperti; persawahan,perkebunan kelapa sawit, perkebunana cengkeh, daerah pegunungan, pantai, gunung berapi, danau, air terjun, dan lain-lain;
§       Bencana alam, misalnya: tanah longsor, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, semburan Lumpur panas, wabah penyakit (gering: bahasa Balinya) dan lain-lain;
§       Tumbuhan khas daerah, misalnya: tumbuh-tumbuhan yang terdapat di suatu daerah seperti perkebunan salak, kopi, vanili, cengkeh, sawit, durian,mangga dan lain-lain;
§       Binatang khas,misalnya: binatang khas daerah seperti; Jalak Bali, Kupu-kupu, Sapi Bali dan lain-lain;
§       Pertanian, misalnya: kehidupan petani di Bali, Subak (organisasi system terasering dan pengairan di Bali), proses petani mengolah lading dan sawah, masa panen tiba dan lain-lain;
§       Ciri khas penduduk, misalnya: kehidupan dan kegiatan sehari-hari penduduk di suatu daerah yang ada di Bali seperti di Desa Trunyan dan lain-lain.

“Seorang Public Speaker Amerika mengutarakan bahwa sebelummemberikan penjelasan tentang suatu objek kepada wisatawan,pramuwisata harus mengenal metode yaitu Rumus 4W + 1H sebagai berikut :
What    : apa nama asal-usul maupun latar belakang
   sejarah suatu objek?
When   : kapan dibangun, dibuat ataupun ditemukan dan
                   sebagainya?
Who                 : siapa yang membangun,atas perintah siapa,
                   siapa yang berkuasa atau siapa yang
                   memerintah saat itu?
Where  : dimana letak suatu objek, menyangkut nama
                   desa,kecamatan, kabupaten ataupun propinsi?
Why/How        : bagaimana cara menuju ke objek tersebut?
                  Apakah dengan berjalan kaki, naik sepeda,
                  sepeda motor, mobil, kapallaut atau pesawat
                  terbang? (Harold Leslie, 1977 : 24)”.

Dalam memberikan penjelasan atau pemanduan kepada wisatawan seorang pramuwisata harus mampu memaparkan atau memberikan descriptive jika ke suatu tempat ata objek wisata. Cara ini biasanya digunakan untuk menawarkan kepada wisatawan agar tertarik untuk berkunjung ke objek wisata dengan mengatakan objek wisata tersebut dengan ungkapan serba indah seperti : “amazing, beautiful, wonderful, marvelous, great, unbelievable, extraordinary” dan ungkapan sejenis lainnya.

1.4. ART OF SPEECH (TEKNIK BERBICARA)
Berbicara atau berkomunikasi adalah tugas utama bagi seorng pramuwisata. Dari sejak check-in di Airport, Harbour, bus station, check-out (place of arrival ang place of departure) pramuwisata sudah mengawali aktivitas berbicara. Pramuwisata yang merupakan salah satu ujung tombak kepariwisataan (khususnya di Bali), harus mampu menjadi seorang komunikator (source) yang competence dalam mentransfer informasi tentang daerah tujuan wisata (DTW) khususnya yang tersebar di pulau Bali. Yang nantinya mampu menarik minat komunikan (wisatawan) dan merasa sangat berkesan berada di daerah kita ini. Oleh karenanya, seorang pramuwisata harus menguasai dengan baik hal-hal yang sangat terkait dengan tugas-tugas berbicara diantaranya : penguasaan bahasa, eye contact, voice, enunciation and pronounciation (ucapan & lapal), intonation, speed (tempo), gesture. Dalam memberikan presentasi kepada wisatawan seorang pramuwisata harus familiar menggunakan piranti-piranti teknologi yang serba canggih, dan jangan sampai dijuluki pramuwisata Gaptek (gagap teknologi). Adapun piranti-piranti yang digunakan yang sudah tentu disesuaikan dengan situasi dan kondisi antara lain: video, microphones, tape recorder, CD/DVD player, MPE3, Computer,Note Book, LCD, dan lain-lain.

2.5. PREPARING INFORMATION AND PRESENTATION
Melakoni profesi pramuwisata, tantangan paling besar dalam melakukan komunikasi pribadi adalah berdiri dan memberikan presentasi di depan suatu rombongan wisatawan yang sama sekali belum pernah dikenali. Untuk dapat mengatasi hal tersebut, syarat mutlak yang harus dilakukan untuk mempersiapkan presentasi yang baik adalah komitmen, mempunyai keyakinan diri dan persiapan yang baik dan tidak dalam situasi terburu-buru. Mengingat situasi kepariwisataan khususnya di Bali yang hingga aat ini masih tergolong memprihatikan, sebagai salah satu duta bangsa pramuwisata harus extra hati-hati dan kritis baik dalam menjelaskan informasi kepada setiap wisatawan yang di handle. Karena maju mundurnya perusahaan (travel agent) sangat ditentukan oleh sosok pramuwisata itu sendiri.
Wilbur Schrammmenampilkan apa yang disebut  “the condition of success in communication” yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki.
Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.            Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa,sehingga dapat menarik perhatian komunikan.
2.          Pesan harus menggunakan lambing-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
3.          Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan.
4.         Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Adapun persiapan presentasi yang dilakukan oleh seorang pramuwisata meliputi :
§       Be Yourself (jadilah diri sendiri); dalam hal ini hindari penggunaan kata-kata yang tidak biasa anda gunakan. Biarkan pribadi anda yang sesungguhnya muncul secara wajar 9jangan dibuat-buat)
§       Bukalah secara meyakinkan; dalam presentasi usahakan untuk langsung focus menarik perhatian wisatawan. Dalam menyampaikan informasi yang berbelit-belit, langsung saja pada masalahnya dengan menggunakan teknik pembukaan factual, pembukaan pertanyaan, pembukaan sasaran, pembukaan histories, pembukaan cerita, pembukaan humor atau greeting “Welcome to Paradise Island” and others. Misalnya; contoh singkat membuka atau mengawali presentasi dalam paket Kintamani Tours (full day tour) yakni “ Good Morning Ladies and Gentlemen, Welcome to Our Kintamani Tour. I hope you sleft well last night and got up early this morning. First of all I would like to introduce myself to you. I’m your guide this morning, My name is Ayu and the driver’s name is Gulem. Before we start, let me give you brief information about Kintamani Tour which will help you to understandabout the places we are going to visit”……dstnya.
§       Kembangkan secara nalar; pramuwisata harus mampu menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan pendengar dan sasaran pembicaraan.
§       Sajikan secara jelas; informasi yang disampaikan oleh pramuwisata akan sangat sia-sia jika tidak dapat ditangkap oleh wisatawan. Untuk menyiasati, berbicaralah dengan rileks, dan tidak terlalu cepat. Gunakan media visual untuk menunjang efektivitas dalam berkomunikasi. Sajikan dan uraikan secara jelas apa yang akan dibahas.
§       Jangan terganggu; seorang pramuwisata hendaknya mampu meyakinkan diri agar tidak menimbulkan banyak gangguan. Senantiasa  “Be Confidence”, optimis dan hindari deman panggung agar tidak menguarangi efektivitas anda.
§       Pertahankan konsentrasi; budayakan berbicara efektif dan hindari pembicaraan yang menyimpang dari pokok bahasan. Manfaatkan waktu luang yang tersisa melakukan hal-hal yang bersifat menghibur agar tidak terjadi kejenuhan selama presentasi berlangsung. Adapun hal-hal ringan yang dapat dilakukan misalnya; semacam permainan “using pictures, providing demonstrationa, including a role play e.g. interview a passenger, being humorous, passing around river, including a puzzle, having people sing and others.
§       Tutuplah dengan positif;pada akhir presentasi hendaknya ditutup dengan teknik ringkasan, alternative, tindakan, humor, penawaran harga, cerita, ramah atau langsung mengajak ke objek yang dibicarakan. Biasanya menurut pengalaman penulis untuk mengakhiri sebuah presentasi tour sebagai berikut: ”Well ladies and gentlemen…….our tour last for eight hours and will be back to the hotel at around 16.30 pm. Where on the way, if you would lie to stop for taking pictures of farmers in the rice fields, women carrying baskets on their heads, just let us know so then we will be pleased to stop for you. Hopefully you will enjoy this trip and take away many good memories. Well ladies and gentlemen before you leave the bus, please check all your belongings again, so that nothing is left in the bus. Thank you again and goodbye and see you on your next tour. (all group members clap their hands).





 III. PENUTUP
3.1.              KESIMPULAN
Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia termasuk Bali mengalami kelesuan khususnya dalam bidang kepariwisataan, apalagi seiring dengan tragedy yang kita alami, serentak Negara-negara asal wisatawan yang menjadi market-share kita mengeluarkan ‘Travel Advice dan Travel Warning!!!!!. Imbasnya tidak hanya dirasakan oleh pelaku-pelaku pariwisata saja, namun hamper seluruh lapisan masyarakat termasuk Bali. Terkait dengan gal itu berbagai pihak terkait mengambil langkah-langkah untuk memulihkan kembali masa-masa kejayaan kepariwisataan kita. Maraknya aktivitas promosi / road show ke luar negeri seperti; kegiatan travel mart, tourism expo and others. Bahkan tidak kalah menariknya bebrapa pelaku pariwisata khususnya travel agent , bahkan “banting stir” dengan menjelajahi negeri tirai bamboo (China) untuk langkah alternative. Dan usaha mereka juga tidak sia-sia, hal itu terbukti oleh banyaknya wisatawan China yang berkunjung ke Indonesia termasuk Bali. Sekalipun dalam memberikan pelayanan masih terlalu mengalami kendala khususnya kemampuan berkomunikasi dalam bahasa mandarin (Hanyu).
Saat ini memang kepariwisataan kita khususnya dalam posisi pasca krisis. Insan-insan pariwisata dari berbagai kalangan termasuk pramuwisata saat ini sedang dihadapkan oleh beban tugas yang cukup berat, hal tersebut demi kelangsungan perkembangan kepariwisataan kita. Apalagi pariwisata telah memberikan sumbangan terhadap perekonomian Negara kita, sekaligus salah satu sumber devisa kita.
3.2.           SARAN
1.              Pramuwisata hendaknya mampu mempertahankan peranan mereka sebagai salah satu ujung tombak, dan dengan situasi seperti saat ini juga diharapkan mampu menjalin komunikasi yang leebih baik dan efektif pada setiap presentasi dengan wisatawan.
2.            Mengingat komunikasi juga memegang peranan penting dalam perkembangan kepariwisataan di Negara kita termasuk Bali. Dalam setiap presentasi hendaknya hindari beberapa hal seperti :
§       Memberi kritik pada wisatawan atau siapa saja
§       Bersifat peka terhadap keadaan sekitar kita/mampu beradaptasi
§       Pelajari dan kenali karakteristik setiap wisatawan yang anda handle. Karena setiap wisatawan memiliki sifat dan kebiasaan yang berbeda. Bila perlu lengkapi wawasan dengan mempelajari literature komunikasi antar budaya atau lintas budaya
§       Tidak memberikan pujian yang berlebih-lebihan kepada wisatawan, karena tidak setiap orang suka dipuji
§       Mencari jalan tengah, tidak memberi vonis yang tidak menguntungkan bagi wisatawan atau orang lain
§       Menjadi seseorang yang suka berterimakasih.
3.            Disamping hal itu, dalam memberikan informasi kepada wisatawan hendaknya sesuai dengan methose 5W + 1H. Contoh : di Bali ada upacara pembakaran mayat (ngaben). Biasanya muncul pertanyaan oleh wisatawan “What is Cremation”?. Selanjutnya pramuwisata memberi jawaban yang sesuai misalnya; “Cremation is to turn the dead body into ashes”.
4.           Dalam setip waktu senggang (free program) pramuwisata hendaknya cerdik memanfaatkan movement tersebut, misalnya: diselingi  dengan bercerita khas Bali “Siap Selem” (ayam hitam) dan lain sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana, 2003, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Mulyana, Deddy 2000, Komunikasi Antar Budaya, Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda BUdaya, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Yoeti, Oka. A, 1991, Guiding System (Suatu Pengantar Praktis), PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Yoeti, Oka. A, 1991, Penuntun Praktis Pramuwisata Profesional, Angkasa, Bandung.
Kliping koleksi pribadi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

soal UAS Etika Kehumasan

Artikel Komunikasi

KOMPONEN KONSEPTUAL KOMUNIKASI