BAHAN AJAR MATA KULIAH: STRATEGI PENGEMBANGAN PESAN
MATA KULIAH: STRATEGI PENGEMBANGAN PESAN
Semester
: IV
Prodi
:Ilmu
Komunikasi Hindu/Denpasar/Pagi
Fakultas
: Dharma Duta IHDN Denpasar
Dosen
Pengampu : Dr. I DA Hendrawathy Putri, S.Sos.,M.Si.
===============================================================
POKOK BAHASAN BAB I
Strategi
Pesan Dalam Perencanaan Komunikasi
|
||
1.
|
Perencanaan
Pesan
|
|
2.
|
Mengorganisasikan
Pesan Komunikasi
|
|
3.
|
Struktur
Pesan
|
BAB
I.
STRATEGI
PESAN DALAM PERENCANAAN KOMUNIKASI
Pendahuluan
Proses
komunikasi adalah transaksional atau melibatkan aktivitas saling tukar-menukar
ide dan gagasan di antara orang-orang yang terlibat. Karena prosesnya bersifat
transaksional sebagian besar perilaku komunikasi tidak dapat dideteksi dan
diramalkan bagaimana hal itu berakhir. Tetapi dalam proses komunikasi yang
bertujuan, dalam arti mengubah sikap atau perilaku khalayak dan terencana,
menyampaikan gagasan yang baik adalah syarat penting agar tujuan komunikasi
dapat tercapai. Proses komunikasi yang memiliki tujuan seperti yang disebutkan
terakhir, menuntut penyampaian ide atau gagasan yang sistematis dan
terorganisasi.
Mengembangkan pesan komunikasi yang terorganisir
seperti membangun sebuah jembatan. Usaha tersebut terdiri dari berbagai
komponen yang saling menghubungkan dan mengembangkan satu sama lain untuk
membentuk sebuah jembatan. Dalam hal ini proses penyampaian pesan harus
terencana, memiliki organisasi pesan, struktur, gaya, dan imbauan yang akan
digunakan. Selanjutnya pesan yang akan disampaikan dapat dikembangkan dengan
model sistematika tertentu, serta pesan disajikan dengan memperhitungkan atau
disesuaikan dengan media yang akan digunakan, serta komunikator mampu
memaksimalkan penggunaan model yang dipilih.
Kehiatan
belajar ini, merupakan bagian dari modul yang menjelaskan perencanaan pesan
komunikasi. Setelah Mahasiswa memahami konsep dasar dan teori tentang
perencanaan pesan komunikasi, diharapkan Mahasiswa mampu menjelaskan strategi
pesan dalam perencanaan komunikasi.
Secara
lebih terperinci, setelah Mahasiswa membaca kegiatan belajar ini diharapkan
Mahasiswa mampu menjelaskan :
1. Perencanaan
Pesan;
2. Organisasi
Pesan;
3. Struktur
Pesan;
Kegiatan Belajar 1.
PERENCANAAN PESAN
Mengapa
sepotong kalimat seperti: “Buanglah Sampah Pada Tempatnya”, slogan “Keep Bali
Clean and Green”, atau ungkapan “Kereen Boo!” membuat pembaca atau pendengar
berbuat sesuatu seperti; tertegun memuang puntung rokok, tidak seenaknya
melakukan aksi vandalisme / mencoret-coret dinding, sampai menghiraukan si
pengucap”?
Kampanye
anti rokok, mengajak masyarakat memelihara lingkungan, program jantung sehat,
program sadar lingkungan, dan iklan produk yang menyuruh khalayak untuk
membelanjakan uangnya demi produk yang diiklankan, tidak terlepas dari
upaya-upaya institusi pelaksana kegiatan dalam merancang huruf demi huruf, kata
demi kata, dan kalimat demi klaimat sehingga terangkai menjadi sebuah pesan
komunikasi yang efektif.
Tidak
begitu saja terjadi serangkaian pesan komunikasi diproduksikan dan langsung
mengena kepada khalayak sebagai komunikan (penerima pesan). Di dalamnya
terlibat berbagai aktivitas dan pikiran demi menghasilkan sebuah pesan
komunikasi yang dapat menggugah hati khalayak. Misalnya; seorang manajer yang
baik ketika bertindak sebagai presenter dalam menyajikan gagasan atau program
yang akan dilaksanakan, terlebih dahulu menghitung bagaimana sistematika ide dipaparkan,
apakah model chart/grafik akan lebih baik dibandingkan dengan uraian dalam
bentuk kata-kata/rangkaian kalimat? Media apa yang paling tepat dipergunakan?
Apakah transparansi, slide power point, atau miniatur/maket, sampai pilihan
warna yang akan digunakan dalam menyajikannya. Seluruh pertimbangan dikemukakan
demi meyakinkan gagasan atau idenya kepada client atau partner kerja.
Dalam
perkembangan bisnis modern, manajemen perencanaan presentasi pesan menjadi
faktor penting untuk menyakinkan client/customer maupun rekanan bisnis.
Terdapat empat point pokok dalam perencanaan pesan meliputi; (1) Bagaimana
menggunakan hasil analisis khalayak/calon penerima gagasan?; (2) mengembangkan
gagasan dan pokok utama dari gagasan yang akan disampaikan; (3) menyusun sketsa
pesan, dan’ (4) mempersiapkan umpan balik kegiatan komunikasi.
A.
Menggunakan
Analisis Khalayak;
Setiap
individu adalah unik, oleh karena itu mereka memerlukan pelayanan yang beragam
dalam hal apa pun, termasuk dalam kegiatan komunikasi. Demi mencapai tingkatan
komunikasi yang timbal bailk menurut Curtis, dkk (1996), penyaji (komunikator)
harus mengetahui sebanyak-banyaknya tentang penyimak (khalayak), meskipun tidak
mungkin menggambarkan seluruh variabel individual dari khalayak tersebut. Untuk
memperlakukan khalayak sebagai persona yang unik diperlukan analisis khalayak,
yaitu suatu aktivitas proses pemeriksaan seluruh faktor objektif/empiris (dapat
diamati) yang berhubungan dengan khalayak, untuk memperoleh pemahaman tentang
mereka sebagai penerima pesan.
Dalam
suatu prenecanaan komunikasi, analisis khalayak merupakan langkah awal yang
memulai langkah-langkah kegiatan komunikasi berikutnya. Dengan analisis
khalayak, diharapkan tujuan akhir komunikasi yang dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan khalayak, kondisi atau iklim organisasi, kelompok, dan sistem sosial
khalayak. Di samping itu, dengan analisis khalayak suatu program komunikasi
akan lebih dapat memanfaatkan potensi-potensi yang ada dan dimiliki oleh
mereka.
Beberapa
aspek dapat digali pada masing-masing komponen sebagai bahan rujukan. Misalnya;
dalam topik yang akan diberikan, perencana komunikasi dapat mempertanyakan
masalah, seberapa jauh pengenalan masyarakat terhadap topik yang diberikan?
Seberapa jauh tingkat kemudahan gagasan tersebut untuk dilihat dan dijelaskan?
Dalam hal apa kekurangan dan kelebihan gagasan atau ide tersebut? Keuntungan apakah
yang dapat diraih apabila mereka menerapkan gagasan tersebut? Dan seterusnya.
Selanjutnya,
dari aspek khalayak itu sendiri dapat dikembangkan tentang, seberapa banyak
khalayak yang tertarik pada topik yang disajikan? Bagaimanakah keberadaan
mereka secara geografis? Bagaimanakah karakteristik mereka berdasarkan jenis
kelamin, usia, pendidikan, tingkat ekonomi, dan lain-lain. Seberapa banyak
pengetahuan mereka tentang topik? Bagaimanakah tingkat ketertarikan mereka
terhadap topik? Apa yang mereka rasakan
dari penddapatnya terhadapt topik? Seluruh informasi yang dikembangkan dan
diperoleh dari hasil analisis khalayak akan memberikan masukan dalam
mempertimbangkan langkah-langkah perencanaan komunikasi secara keseluruhan.
Berdasarkan
hasil analisis khalayak, perencana dapat mengklarifikasikan mereka berdasarkan
kepentingannya terhadap pesan yang akan disajikan. Menurut Raudsepp dalam
Curtis (1996), khalayak dapat dikelompokkan berdasarkan kepentingan mereka
terhadap informasi yang disampaikan ke dalam 12 jenis kondisi, yaitu: (1) peka
terhadap masalah; (2) luwes atau kaku; (3) ingin tahu atau tidak; (4) pecaya
diri dan berani; (5) takut akan kegagalan atau bebas dari rasa takut; (6)
sangat termotivasi untuk berhasil; (7) gigih; (8) toleran terhadap kemenduaan
(ambiguitas) dan kerumitan; (9) selektif; (10) memiliki daya ingat yang baik;
(11) membiarkan rasa inkubasi gagasan-gagasan baru; (12) dapat mengantisipasi
waktu energi yang produktif.
Berbagai
metode dapat digunakan untuk mendapatkan informasi dalam rangka menganalisis
khalayak sasaran. Setiap metode tersebut, memberikan berbaggai hasil yang
berbeda dan dapat digunakan tergantung pada kondisi atau keadaan di mana
perencanaan akan dikembangkan. Metode-metode tersebut di antaranya adalah; (1)
pengamatan/observasi; (2) mengajukan pertanyaan; (3) survei khalayak; (4)
mempertimbangkan kharakteristik insani khalayak. Seluruh pendekatan tersebut
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing oleh karena itu, sebaiknya kita
memanfaatkan semua cara etis untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan
khalayak.
B.
Gagasan
dan Pokok Utama;
Menghasilkan
gagasan atau menjabarkan pokok-pokok utama dari informasi yang akan disajikan
dalam komunikasi yang terencana merupakan bagian penting setelah menganalisis
khalayak dan menetapkan tujuan. Tujuan utama yang telah disusun pada hakikatnya
adalah gagasan utama yang akan dimunculkan dalam komunikasi. Misalnya;
1) Pemberian
bantuan pelatihan merancang media instruksional untuk para manajer pemasaran
membantu meningkatkan keberhasilan proses presentasi dan negosiasi bisnis;
2) Pemberian
bantuan pelatihan kepada manajemen keuangan kepada para pemimpin koperasi di
tingkat Kabupaten/Kotamadya akan meningkatkan kemampuan koperasi dalam
mengelola keuangan secara tepat dan efisien;
3) Penambahan
seperangkat komputer akan mempermuddah dan memperlancar pekerjaan bagian
akademik Jurusan/Prodi Ilmu Komunikasi dalam mengelola dan menyimpan semua data
akademik mahasiswa dan dosen;
4) Pemberian
pelatihan metode penelitian akan membantu para dosen dalam meningkatkan
keterampilan untuk mengembangkan proposal yang baik dan memenuhi syarat
lembaga-lembaga pemberi dana atau hibah riset.
Gagasan
utama harus ringkas dan langsung pada pokok persoalan dan hasil yang akan
diperoleh bila kegiatan itu dijalankan. Gagasan itu merupakan pemantapan dari
pokok-pokok pikiran yang ada dalam tubuh pesan yang dikembangkan dalam
komunikasi.
Selanjutnya,
pokok utama atau pokok kunci, merupakan tulang punggung pesan yang merencanakan
garis besar sub-divisi utama. Syarat pokok utama dari sebuah pesan harus
menyokong, menggambarkan, atau, mendeskripsikan gagasan utama dengan bahasa
yang ringkas dan jelas agar khalayak mampu menerima isi pesan yang disajikan.
Pola-pola organisasi dalam rangka mengembangkan pokok utama dapat dilihat pada
bagian organisasi pesan komunikasi.
C.
Sketsa
Pesan Komunikasi;
Bila
gagasan utama dari pokok utama telah terbentuk, seorang presenter atau
komunikator dapat mengembangkan pokok-pokok tersebut menjadi kerangka atau
struktur dari bangunan pesan komunikasi yang akan disampaikan. Membuat sketsa
pesan merupakan langkah yang akan mempermudah perencana untuk merancang
bangunan komunikasi tadi dalam bentuk deskripsi kata-kata dan kalimat yang
dikehendaki.
Membuat
sketsa pesan artinya; menyusun materi atau isi ke dalam urutan-urutan yang
logis dan berguna dalam menyusun katak-kata dan penyampaian informasi kepada
khalayak. Sketsa pesan merupakan kerangka kerja yang didalamnya mengandung; (1)
topik-topik dasar yang mendukung tujuan komunikasi, dan; (2) informasi faktual
yang menjabarkan masing-masing topik (Kemp, 1966:13).
Sebagai
contoh bila gagasan utama tentang:”Pemberian bantuan pelatihan merancang media
instruksional untuk para manajer pemasaran membantu meningkatkan keberhasilan
proses presentasi dan negosiasi bisnis”, dikembangkan kira-kira berbentuk
seperti ini:
1) Tujuan
Khusus;
Setelah
presentasi diharapkan para manajer menerima usulan untuk melaksanakan program
pelatihan singkat untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam merancang media
instruksional untuk membantu meningkatkan keberhasilan presentasi dan negosiasi
bisnis.
2) Gagasan
Utama;
Memberikan
bantuan pelatihan merancang media instruksional untuk para manajer pemasaran
membantu meningkatkan keberhasilan proses presentasi dan negosiasi bisnis.
3) Sketsa
Pesan Untuk Presentasi;
a) Dalam
persaingan yang semakin ketat di pasaran, keunggulan sebuah produk yang
ditawarkan terletak pada inovasi produk dari orisinalitas inovasi itu sendiri
di samping harga dan publikasi;
§
Pasar adalah arena persaingan produk sejenis
dengan masing-masing keunggulan.
§
Inovasi produk adalah faktor
determinan/penentu untuk keunggulan produk di pasaran.
§
Keterkaitan inovasi produk dan
orisinalitas inovasi produk.
§
Inovasi produk, harga dan publikasi.
b) Konsep
inovasi dan orisinalitas terletak pada ide dan gagasan produk yang dibuat dan
dipasarkan, merupakan konsep yang abstrak;
§
Kekuatan inovasi dan orisinalitas
terletak pada kekuatan gagasan.
§
Sifat gagasan adalah abstrak oleh
karena itu perlu diterangkan/dijelaskan.
4) Media
Instruksional memberikan tingkat pengalaman atau pengetahuan mendekati realitas
produk;
§
Fungsi media instruksional;
§
Jenis-jenis media instruksional;
§
Tingkat pengalaman yang diperoleh dari
media instruksional;
§
Menjelaskan inovasi dan orisinalitas
gagasan sebuah produk melalui media instruksional.
5) Memilih
dan Merancang Media Instruksional yang tepat membantu membentuk citra dan
kegiatan persuasi tentang produk yang ditawarkan kepada klien dan konsumen.
D.
Umpan
Balik;
Dalam
sistem komunikasi yang homeostatis, umpan balik (feedback) adalah katup
penyeimbang arus komunikasi dan komunikator. Khalayak sasaran memiliki
kemampuan memberikan tanggapan, kritik, pertanyaan untuk meminta penjelasab,
sampai penolakan gagasan yang disampaikan. Sehingga, proses komunikasi tidak
berlangsung satu arah, tetapi merupakan proses berbagi informasi (sharing of
information) di antara kedua belah pihak yang terlibat secar terbuka. Sistem
komunikasi yang demikian akan menghasilkan hubungan interaktif yang mengarah
pada pembentukan hubungan mutualistik di antara peserta.
Umpan
balik dalam proses komunikasi, berguna untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan
pencapaian tujuan komunikasi, karena dengan umpan balik seorang komunikator
dapat mengukur; tingkat pemahaman, penerimaan atau penolakan, sampai kecenderungan
untuk bertindak dari khalayak.
Dalam
proses komunikasi tatap muka, sifat umpan balik yang muncul dapat dibedakan
dalam dua jenis, yaitu tanggapan verbal dan isyarat nonverbal. Kedua jenis
umpan balik tersebut dapat dimanfaatkan komunkator sebagai sumber informasi
yang menunjukkan sikap sebenarnya dari khalayak terhadap gagasan yang
disampaikan.
Bila
ditinjau dari kemampuan/kelebihannya, isyarat nonverbal kadang-kadang lebih
akurat dalam mengukur tingkat kberhasilan komunikasi dibandingkan dengan umpan
balik verbal. Hal ini disebabkan ekspresi kejujuran dari sikap khalayak tidak
dapat disembunyikan lewat bahasa nonverbal. Misalnya; terlihat dari raut muka,
gerak tubuh, sorotan mata, dan sebagainya. Seperti yang dikatakan oleh Leathers
(dalam Rakhmat, 1988) bahwa; “pesan nnverbal menyampaikan makna dan maksud yang
relatif bebas dari penipuan, distorsi dan kerancuan”.
Untuk lebih meningkatkan efektivitas
komunikasi, sebaiknya seorang komunikator mempersiapkan diri dalam menangi
munculnya umpan balik dari khalayak. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan uji
coba presentasi pesan yang telah direncanakan di hadapan sekelompok orang yang
bertindak sebagai penilai. Fungsi uji coba tersebut adalah menampung
masukan-masukan, kritik, dan tanggapan yang mungkin akan muncul dari khalayak
di mana disimulasikan dengan kelompok penilai tersebut. Umpan balik yang muncul
dari kelompok tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyempurnakan presentasi yang
telah direncanakan.
Untuk
memantapkan pemahaman mahasiswa tentang perencanaan pesan komunikasi,
kerjakanlah latihan-latihan di bawah ini!
1. Sebutkan
dan jelaskan empat point pokok tentang perencanaan pesan komunikasi!
2. Analisis
khalayak merupakan langkah awal dalam perencanaan komunikasi. Apakah yang
dimaksud dengan analisis khalayak?
3. Di
mana letak pentingnya analisis khalayak untuk perencanaan komunikasi?
4. Ada
beberapa metode untuk analisi khalayak, jelaskan satu per satu metode tersebut
dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing!
5. Uraikan
hubungan antar gagasan dari pokok utama dengan pengembangan sketsa pesan
komunikasi!
6. Berikan
beberapa contoh pengembangan gagasan utama untuk tujuan komunikasi dalam bidang
yang Anda minati!
7. Apakah
fungsi umpan balik dalam proses komunikasi?
8. Jelaskan
tujuan mengukur umpan balik dalam proses komunikasi!
9. Bagaimanakah
persiapan komunikator dalam menangani umpan balik yang muncul?
Kegiatan Belajar 2,
MENGORGANISASIKAN PESAN KOMUNIKASI
Pendahuluan
Pengorganisasian
pesan komunikasi merupakan faktor yang penting dalam kegiatan komunikasi yang
berusaha mempengaruhi atau meyakinkan orang lain yang menjadi khalayak sasaran
komunikasi tersebut. Misalnya; meyakinkan petani untuk menerima pertisida baru
yang lebih aman bagi kesehatan, konsumen tentang shampoo yang aman bagi kulit
kepala, sampai meyakinkan atasan bahwa proposal yang diajukan adalah layak
untuk dikerjakan.
Menurut
Mc. Crosky dan Mehrly (1996), kesalahan organisasi yang serius dan
ketidaklancaran yang luas secara serius pula, akan membatasi jumlah perubahan
sikap yang dapat dihasilkan oleh komunikator, terutama mengurangi kredibilitas
komunikator itu sendiri.
A.
Organisasi
Pesan;
Komunikator
yang piawai akan merancang dan mempresentasikan gagasannya berdasarkan format
organisasi pesan tertentu sesuai dengan kondisi khalayak yang dihadapi. Contoh;
khalayak yang pasif akan tergugah dengan metode pemecahan masalah mengenai
kesalahan yang dilakukan khalayak dan mengancam keselamatannya, dan akan tertarik
lagi apabila disajikan sekaligus dengan strategi untuk menghadapu masalah
tersebut.
Berbagai
hasil penelitian seperti yang dikemukakan oleh Rahkmat (1986), menunjukkan bahwa,
pesan komunikasi yang terorganisasikan lebih mudah dimengerti, memudahkan pengingatan,
dan mempermudah terjadinya perubahan sikap khalayak.
Larson
(1986:233) menyatakan bahwa, ada beberapa cara untuk mengorganisasikan pesan
komunikasi yang membantu khalayak untuk mengingat secara mudah dan menerima
pesan tersebut. Bentuk organisasi pesan tersebut adalah format topikal, format
kronolikal, format berdasarkan isu yang berkembang, dan format sekuen motif
(motivated sequences). Di samping itu, terdapat organisasi pesan lainnya
seperti format spasial, kausalitas, pemecahan masalah, dan deduktif-induktif.
Pada
bagian ini akan dijelaskan organisasi pesan yang didasarkan pada format
kronologis, spasial, topikal, kausal, pemecahan masalah, cara berpikir
deduktif-induktif, serta sekuen/urutan motif.
1) Format
Kronologis;
Format kronologis artinya pesan
dirangkai berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa atau kejadian yang
diterangkan. Format ini merupakan bentuk yang mudah untuk menuturkan pesan
berdasarkan urutan-urutan kejadian maupunurutan pemahaman yang bermanfaat sebagai
informasi atau pengetahuan bagi khalayak dan bukan upaya untuk mempengaruhi
mereka. Tetapi, kadang-kadang dapat menimbulkan pengaruh terhadap khalayak
apabila penuturan urutan secara baik sehingga memberikan argumentasi yang tepat
dan meyakinkan khalayak.
2) Format Spasial (space
format);
Dalam format
seperti ini, pesan disusun berdasarkan ukuran masalah dari pemecahannya. Dalam
strategi persuasi, format spasial dimanfaatkan untuk menggambarkan dan
mempersuasi khalayak mengenai luasnya masalah dan akhir yang ditimbulkan oleh
masalah tersebut.
Sebagai contoh;
apabila kita menghendaki agar perusahaan/industri lokal membentuk lembaga
kesehatan lingkungan untuk kesehatan kota. Kita dapat menggambarkan betapa
penting dan besarnya masalah tersebut dengan mengemukakan berbagai persoalan
melalui; (1) banyaknya air yang terpolusi; (2) meluasnya polusi udara; (3)
berapa banyak polusi yang disebabkan oleh wisatawan yang datang atau industri
yang ada, serta; (4) kita juga dapat mengemukakan kepada para pengusaha bahwa
masalah lingkungan merupakan agenda penting pada tingkat nasional.
3) Format Topikal;
Dalam format ini
pesan disusun berdasarkan topik yang dibicarakan. Hal ini, dapat dilakukan
dengan mengklasifikasikan topik pembicaraan ke dalam topik yang penting kemudia
kurang penting, topik yang mudah kemudian topik yang sukar atau sebaliknya.
4) Format Kausal;
Format kausal adalah menyusun gagasan
dengan cara membahas faktor-aktor penyebab dari suatu masalah dan
mempertimbangnkan akibat atau hasil berikutnya, atau sebaliknya, menyajikan
dahulu akibat-akibatnya, kemudian mencari dan menjelaskan faktor-faktor yang
menyebabkan masalah tersebut. Contoh hubungan sebab-akibat tersebut dalam
penyajian pesan adalah:
Proposal
: Produsen tekstil berusaha menekan
biaya untuk mempertahankan harga produknya dengan harga yang dibayar pembeli
untuk produk-produk mereka sehingga penjualan perusahaan tidak jatuh.
Sebab
1 : Biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja meningkat.
Sebab
2 : harga-harga pakaian jadi menurun.
Akibat : Produsen
pakaian jadi akan tertekan antara biaya bahan dan harga pakai jadi yang
menurun.
5) Format
Pemecahan Masalah;
Dalam format
pemecahan masalah, topik-topik pembicaraan secara garis besar dikelompokkan ke
dalam dua bagian, yaitu; pertama, pembicaraan menunjukkan pada langkah-langkah
diagnosis masalah yang sedang dihadapi oleh khalayak; kedua, memberikan suatu
alternatif cara-cara untuk memecahkan masalah atau solusi.
Dalam pola
seperti ini perencana (komunikator) lebih berorientasi pada kebutuhan khalayak
yang dianggap sebagai pemilik masalah yang membutuhkan pemecahan. Oleh karena
itu penyampaian materi, diawali dengan tahap memunculkan kebutuhan khalayak
yang dianggap sebagai masalah yang dipenuhi atau dipecahkan. Setelah itu,
langkah kedua adalah mendiagnosis dan merumuskan kebutuhan-kebutuhan yang
merupakan masalah khalayak.
Langkah ketiga,
mengidentifikasi kemampuan-kemampuan khalayak yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah, dan keempat, menjabarkab solusi-solusi alternatif yang
dapat diterapkan sesuai dengan potensi mereka.
6) Berpikir Kreatif (Creative Thinking);
Format berpikir
kreatif, pada pokoknya hampir mirip dengan format pemecahan masalah, tetapi
langkah-langkahnya lebih banyak dan lebih sistematik dibandingkan dengan pola
pemecahan masalah. Dalam Buku: Komunikasi Bisnis, Curtis, dkk (1996)
mensistematisasikan format berpikir kreatif menjadi enam langkah utama; yaitu,
(1) mendefinisikan dan membatasi masalah; (2) menganalisis masalah; (3)
menghasilkan pemecahan yang memungkinkan; (4) menilai pemecahan yang diberikan;
(5) memilih pemecahan terbaik; (6) pelaksanaan pemecahan masalah.
Format berpikir
kreatif, dalam penjabarannya memiliki dua orientasi atau arah pokok yakni
masalah yang dihadapi dan khalayak yang memiliki masalah dan akan mencoba atau
menerima solusi alternatif yang diberikan.
7) Format Pengembangan
Motivasional;
Format ini
dikembangkan oleh Monroe berdasarkan sekuen-sekuen motif untuk membujuk
(persuasi) khalayak yang diarahkan untuk melakukan tindakan tertentu.
Konsep-konsep yang dikemukakan meliputi lima langkah yang berurutan dalam
menyajikan sebuah gagasan yaitu; perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi,
sampai tindakan. Fungsi-fungsi setiap urutan adalah:
a) Perhatian,
berusaha menggugah atau menarik indera khalayak untuk memperhatikan apa yang
disajikan;
b) Kebutuhan,
setelah memperhatikan selanjutnya memunculkan kebutuhan pada mereka, dengan
cara menggambarkan dan menunjukkan apa yang mereka perhatikan tadi sebagai hal yang
harus dipenuhi oleh mereka;
c) Pemuasan,
artinya menunjukkan cara-cara atau jalan keluar untuk memenuhi hasrat kebutuhan
tersebut;
d) Visualisasi
artinya memberikan gambaran tentang hasil yang akan diperoleh bila cara-cara
atau jalan keluar tersebut dilaksanakan atau dijalankan;
e) Tindakan,
meminta kepada mereka untuk melakukan tindakan atau persetujuan apa yang
seharusnya dikerjakan.
B.
Membuka
dan menutup Penyajian Pesan;
Suatu
presentasi pesan komunikasi memerlukan pendahuluan sebagai pembukaan dan
penarikan kesimpulan yang biasanya sekaligus berfungsi sebagai penutup. Menurut
Curtis, Floyd, dan Winsor (1996), pendahuluan berfungsi memperkenalkan gagasan
utama, sedangkan kesimpulan memfokuskan kembali perhatian khalayak kepada pesan
yang disampaikan.
Menurut
mereka pendahuluan yang efektif adalah; (1) memperoleh perhatian yang
menyenangkan, misalnya; membuka pembicaraan dengan memberikan pesan humor/joke,
anekdot, bahkan satir, lebih baik dari pada menyuruh-nyuruh pendengar untuk
memperhatikan pembicara, selanjutnya; (2) meningkatkan keramah-tamahan dan
kebaikan antara pembicara dan khalayak; (3) memberikan alasan penting menyimak;
(4) mengarahkan khalayak terhadap isi pesan.
Membuat
kesimpulan bukan hanya sekedar meringkas isi pembicaraan, masih ada
fungsi-fungsi lain yang perlu diperhatikan. Masih menurut Curtis, dkk, komponen
yang perlu dipertimbangkan itu dalam kesimpulan adalah; (1) meringkaskan
hal-hal tertentu; (2)memusatkan tema dan tujuan; (3) mengingatkan kembali
khalayak tentang hal-hal penting yang perlu dilakukan; (4) memberikan jalan
tindakan yang jelas; dan (5) mempersiapkan pengajuan pertanyaan.
C.
Membuat
Pendahuluan;
Seperti
yang telah disebutkan tadi ada empat cara membuat pendahuluan secara rinci akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Membuat
Perhatian;
Ada beberapa hal
yang dapat digunakan untuk menarik perhatian orang lain termasuk khalayak yang
dihadapi. Cara-cara yang lazim dalam sebuah presentasi adalah; (a) intensitas
yang kuat daripada lingkungan sekitar, misalnya suara yang lebih keras, cahaya
yang lebih terang, dan warna yang lebih kontras; (b) humor yang relevan dengan
isi bahasan dan memiliki cita rasa tinggi; (c) kebaruan ide yang disajikan; dan
(d) menciptakan ketegangan khalayak.
2. Keramah-tamahan
dan Rasa Hormat;
Sebuah
pendahuluan dapat juga disusun dengan menyampaikan keramah-tamahan dan rasa
hormat kepada khalayak dan peka terhadap hal-hal yang menimbulkan permusuhan.
Hal yang perlu diperhatkan adalah kadar dari setiap aspek tersebut, artinya
tidak terllau berlebihan sehingga memunculkan kesan merendahkan diri pembicara.
3. Membentuk
Dorongan untuk Menyimak;
Dalam hal ini
penyajian pesan diupayakan terlebih dahulu memberikan poin-poin yang penting
bagi khalayak. Harus diingat, khalayak juga memiliki rencana atau kegiatan lain
yang menyebabkan perhatian mereka akan berkurang.
4. Orientasi;
Suatu isi bahasan atau materi uraian
akan lebih mudah untuk dimengerti khalayak apabila bagian pendahuluan
memberikan pasak utama atau yang utama
yang memberikan orientasi pada khalayak mengenai topik-topik yang akan
dijelaskan.
Untuk
memantapkan pemahaman mahasiswa tentang pengorganisasian pesan komunikasi,
kerjakanlah latihan-latihan di bawah ini!
1. Sebutkan
empat cara format organisasi pesan!
2. Bedakan
antara format sepihak dan dua pihak dalam mengorganisasikan pesan komunikasi!
3. Apa
tujuan kesimpulan? Berikan contoh-contoh untuk masing-masing tujuan tersebut!
4. Sebutkan
fungsi-fungsi pendahuluan!
5. Bagaimanakan
cara-cara yang lazim dalam membentuk perhatian pada pendahuluan!
Kegiatan Belajar 3
STRUKTUR PESAN
Pendahuluan
Secara
sederhana struktur pesan dapat diidentikkan dengan susunan pokok-pokok gagasan
yang menyatu menjadi satu kesatuan pesan yang utuh. Nantinya, setiap pokok
gagasan yang dibuat diuraikan satu sama lain ke dalam bentuk paragraf demi
paragraf yang saling mendukung. Sedangkan tingkat keutuhan pesan, dapat dilihat
dari sistematika dan urutan atau lapisan-lapisan yang tidak tumpang tindih.
Merancang
struktur pesan dipengaruhi kuat oleh sikap khalayak sasaran terhadap pesan yang
akan disampaikan dan tujuan komunikator. Oleh karena itu, sebelum menentukan
struktur pesan yang akan digunakan, seorang perencana terlebih dahulu
mengetahui sikap khalayak, setelah itu menentukan tujuan komunikasi atau
mengemukakan kebutuhan komunikator dengan kegiatan komunikasi tersebut.
Dan
dua keadaan tersebut, tujuan komunikator dan sikap khalayak, dapat diketahui
apakah tujuan penyampaian pesan tersebut berlawanan dengan sikap khalayak atau
selaras dengan sikap khalayak. Bila keadaan sudah diketahui, seorang perencana
telah dapat memilih struktur pesan pada sebuah iklan Harian kompas edisi 7 Juni
1997 padaberikut ini:
Bila
diamati susunan atau lapisan dari pesan tersebut, tampak bahwa “si pengiklan”,
pada bagian pembuka mencoba mengajukan pernyataan yang melawan persepsi yang
selama ini ada di masyarakat yakni; bahwa memiliki parabola adalah pintu
gerbang memasuki dunia informasi dari berbagai penjuru dunia. Padahal menurut
pengiklan justru sebaliknya, memiliki parabola belum apa-apa, kecuali kalau
sudah pesawat decorder/receiver-nya adalah INDOVISION. Artinya, dalam kalimat
pembuka mereka membuat pendapat yang kurang menguntungkan masyarakat yang
membeli antena parabola tanpa decorder merek tersebut.
GILA!!!
“punya
parabola belum tahu apa-apa”!
‘bila
Anda termasuk orang yang gemar menikmati tontonan yang ekslusif, dengan
kualitas gambar digital yang tajam dan suara sejernih compact disc yang belum
pernah Anda nikmati sebelumnya....Tidak tahukah Anda bahwa hanya satu ayunan
langkah kecil Anda ......Indovision dengan 19 saluran digital akan membuka
segala impian Anda. Sebuah tontonan tanpa batas dengan lebih dari 500 film
setiap bulannya, acara olah raga spektakuler dari arena-arena besar di dunia
yang disiarkan langsung serta berita dunia yang paling aktual dan masih
banyak lagi hiburan bagi Anda sekeluarga. Disajikan selama 24 jam tersu
menerus. Semuanya itu hanya Anda dapatkan dari Indovision. Segera kunjungi
agen resmi Indovision terdekat atau hubungi customer service kami sekarang
juga”.
INDOVISION
SATU VISI
BANYAK AKSI
|
Sikap
kurang menguntungkan (menurut si pengiklan) terus berlanjut, seperti yang
dikemukakan dalam kalimat “Bila Anda termasuk orang yang gemar menikmati
tontonan yang eksklusif, dengan kualitas gambar digital yang tajam dan suara
sejernis compact disc yang belum pernah Anda nikmati sebelumnya”. Kalimat
tersebut bermakna, bahwa penggunaan decoder yang selama ini dipakai khalayak
tidak memberikan fasilitas itu, walaupun pendapat tersebut harus dibuktikan
kebenarannya, karena fasilitas tersebut tidak hanya tergantung pada kemampuan
decoder, tetapi juga pada fasilitas yang ada pada televisi.
Setelah
membentuk image kurang menguntungkan, selanjutnya mereka memberikan alternatif
yang sangat mudah dalam rangka mengarahkan pendapat khalayak dengan menawarkan
prosuk mereka. Hal ini dapat diamati pada kalimat-kalimat yang menerangkan
tentang kemudahan dan kelebihan bila berlangganan INDOVISION.
Dalam
penyajian pesan seperti ini, pengiklan menggunakan struktur pesan satu sisi,
mereka hanya mengemukakan gagasan yang menguntungkan bagi diri sendiri sebagai
penjual barang dengan cara melemahkan pendapat atau argumen masyarakat dan
menerangkan kelebihan barang yang dimiliki. Sedangkan aspek lain(yang
merugikan/kurang menguntungkan penjual dan menguntungkan khalayak) tidak
dijelaskan. Misalnya; berlangganan INDOVISION dikenakan iuran, harga decodernya
tidak kompetitif alias mahal untuk ukuran masyarakat biasa, dan yang pasti
kebutuhan untuk memirsa banyak stasiun televisi sebenarnya belum menjadi
kebutuhan pokok kebanyakan masyarakat kita.
Dari
beberapa hasil penelitian, telah diuji beberapa struktur pesan dalam kegiatan
komunikasi. Dalam bahasan ini akan dibahas dua jenis struktur pesan, yakni;
struktur pro-kontra dan kontra-pro dan struktur sau sisi-dua sisi.
1. Struktur
Pro-Kontra dan Kontra-Pro;
Dalam struktur
pro-kontra dan kontra-pro, perencana atau komunikator menyampaikan pesan kepada
khalayak dengan mengemukakan dua sisi gagasan, yaitu; yang berlawanan (kontra)
dan gagasan yang pro khalayak.
Dalam struktur
pro-kontra, komunikator mendahulukan argumen atau gagasan yang selaras dengan
pendapat atau sikap khalayak, selanjutnya gagasan yang bertentangan dengan sikap
khalayak disajikan pada bagian akhir pembicaraan. Sebaliknya, dalam struktur
kontra-pro, komunikator lebih dahulu mengawali presentasinya dengan
mengemukakan gagasan yang berlawanan, selanjutnya presentasi ditutup dengan
argumentasi pro khalayak.
Dalam menggunakan
bentuk struktur kontra-pro dan pro-kontra, Cohen menyebutkan saran-saran
seperti yang dikutip oleh Rahkmat (1996), bahwa:
1) Perubahan
sikap lebih sering terjadi jika gagasan yang dikehendaki (pro) atau yang
diterima disajikan sebelum gagasan yang kurang dikehendaki. Jika pada awal
penyajian, komunikator menyampaikan gagasan yang menyenangkan khalayak, mereka
cenderung memperhatikan dan menerima pesan-pesan yang berikutnya. Sebaliknya,
jika ia memulai dengan hal-hal yang tidak menyenangkan khalayak, khalayak akan
menjadi kritis dan cenderung menolak gagasan berikutnya betapapun baiknya;
2) Urutan
pro-kontra lebih efektif dari pada kontra-pro apabila digunakan oleh
komunikator yang memiliki otoritas dan dihormati oleh khalayak.
2. Struktur
Satu Sisi dan Dua Sisi;
Struktur ini
digunakan untuk mempengaruhi khalayak terhadap program yang dimiliki
komunikator agar mendukung program tersebut. Dalam kasus sepihak, komunikator
hanya menyajikan gagasannya pada satu dimensi saja, misalnya aspek baik atau
keuntungan saja yang dibicarakan dari program tersebut tanpa memperhatikan
dampak.
Pada struktur
dua sisi, komunikator menyajikan program yang akan dilaksanakan dengan melihat
sisi keuntungan yang akan diraih dan sekaligus juga kerugian atau dampak yang
ditimbulkan bila program dilaksanakan secara proporsional.
Prinsip yang
paling penting untuk diperhatikan adalah memilah-milah waktu dan tempat kapan
struktur tersebut digunakan. Beberapa eksperimen persuasi menunjukkan pada
khalayak yang memiliki informasi sedikit tentang program persetujuan.
Sebaliknya pada struktur dua sisi, apabila khalayak memiliki informasi tentang
program tersebut cukup banyak atau sebut saja familiar dalam kehidupan
sehari-hari, struktur penyajian dan dua sisi (baik-buruk, untung-rugi, positif-negatif,
cantik-jelek), cenderung akan memperoleh dukungan.
Penelitian Hovland,
janis dan Kelley yang dilakukan pada beberapa kali kesempatan dengan waktu yang
berbeda memberikan hasil yang beragam mengenai kemampuan struktur pesan satu
sisi dan dua sisi dalam mempengaruhi pembaca (Severan dan Tankard, 1992:150).
Hasil eksperimen
mereka menunjukkan bahwa kedua jenis struktur penyajian pesan memiliki
efektivitas yang berbeda pada setiap kelompok responden yang berbeda. Pesan
satu sisi lebih efektif bagi orang-orang yang secara jelas sebelumnya telah
setuju dengan isi pesan yang disampaikan. Dalam hal ini pesan yang disampaikan
dominan berperan sebagai penguat (reinforcement) sikap yang sebelumnya telah
ada pada diri khalayak. Selanjutnya pesan dua sisi lebih efektif pengaruhnya
terhadap orang-orang yang menentang isi pesan tersebut. Proses perubahan sikap
khalayak yang netral atau bahkan menentang sekaligus, lebih mudah terjadi
dengan menggunakan strategi pesan dua sisi.
Dalam
mempergunakan kedua jenis struktur pesan ini, di samping memperhatikan aspek
kemampuan atau kekuatan struktur itu sendiri, aspek intern yang melekat pada
diri khalayak juga harus digunakan sebagai faktor yang diperhitungkan ketika
akan mengaplikasikan kedua jenis struktur tersebut. Hovland dalam eksperimennya
melanjutkan analisis kekuatan kedua jenis struktur pesan tersebut dengan
menyertakan variabel tingkat pendidikan sebagai variabel intern dalam diri
khalayak. Kesimpulannya, bagi khalayak yang berpendidikan tinggi pesan dua sisi
lebih efektif. Sedangkan bagi khalayak yang berpendidikan rendah pesan satu
sisi lebih efektif. Dari hasil yang diperoleh tersebut, perlu diperhatikan
bahwa efektivitas salah satu jenis struktur pesan tergantung pada karakteristik
di dalam pesan, karakteristik khalayak (misalnya; usia, pendidikan, jenis
kelmain, dan tingkat ekonomi), serta keterkaitan antara karakteristik pesan dan
karakteristik khalayak tersebut.
Untuk
memantapkan pemahaman Mahasiswa tentang pengorganisasian pesan komunikasi,
kerjakanlah latihan-latihan di bawah ini!
1. Jelaskan
pengertian tentang struktur pesan!
2. Mengapa
struktur pesan dipengaruhi oleh sikap khalayak dan tujuan komunikator?
3. Apakah
yang dimaksud dengan struktur pro-kontra dan kontra-pto dalam penyusunan pesan?
4. Mengapa
Cohen memberikan kesimpulan bahwa struktur pro-kontra lebih efektif?
Bilamanakah terjadi demikian?
5. Apakah
yang dimaksud dengan struktur satu sisi dan dua sisi?
6. Jelaskan
pengaruh jumlah informasi tentang gagasan yang akan disampaikan yang dimiliki
khalayak terhadap pemilihan struktur pesan satu sisi dan dua sisi!
Komentar
Posting Komentar