Bahan Kuliah : Human Relations BAB IV


BAB. IV.
RUANG LINGKUP HUMAN RELATION

Ada dua pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan manusiawi dalam arti luas dan hubungan manusiawi dalam arti sempit.
a.                Hubungan manusiawi dalam arti luas
Hubungan manusiawi dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan. Jadi, hubungan manusiawi dilakukan dimana saja: di rumah, di jalan, dalam bis, dalam kereta api, dan sebagainya.
Berhasilnya seseorang dalam melakukan hubungan manusiawi ialah karena ia bersifat manusiawi: ramah, sopan, hormat, menaruh penghargaan, dan lain-lain sikap yang bernilai luhur.
Bahwa manusia harus bersikap demikian sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa sebab secara kodratiyah, selain homo sapiens sebagai makhluk berpikir yang membedakannya dnegan hewan, manusia juga merupakan homo socius, makhluk bermasyarakat. Tidak mungkin ia hidup tanpa orang lain. Dan sebagai makhluk sosial, ia harus berusaha menciptakan keserasian dan keselarasan dengan lingkungannya.
Sebagai anggota masyarakat, manusia hidup dalam dua jenis pergaulan yang oleh Ferdinand Tonnies disebut Gemeinschaft dan Gesellschaft. Dalam Gemeinschaft seseorang bergaul dalam suatu kehidupan yang sangat akrab, sedemikian akrabnya sehingga penderitaan atau kebahagiaan yang dialami oleh orang lain dirasakan olehnya seperti penderitaan atau kebahagiaannya sendiri. Kehidupan keluarga atau kehidupan berteman yang sangat akrab termasuk ke dalam Gemeinschaft. Ciri lain dari Gemeinschaft ialah bahwa seorang anggota Gemeinschaft tidak bisa keluar masuk masyarakat itu menurut kemauannya saja. Seorang ayah, umpamanya, walau apapun yang terjadi, tetap ayah dari anak-anaknya. Ia tidak bisa membebaskan diri dari status ayah itu. Sifat pergaulan hidup Gemeinschaft ialah statis-pribadi-tak rasional. Dikatakan statis karena pergaulan hidup dalam masyarakat demikian tidak banyak mengalami perubahan. Interaksi yang terjadi dalam suatu rumah tangga setiap hari antara ayah, ibu, dan anak tidak mengalami dinamika. Sifatnya pribadi (personal). Jika terjadi perselisihan, dapat diselesaikan dengan segera. Tidak rasional maksudnya tidak ada tata cara yang mengatur pergaulannya.
Lain sekali dengan pergaulan hidup dalam Gesellschaft, yakni kehidupan dalam suatu organisasi yang sifatnya dinamis, tidak pribadi dan rasional. Dinamis artinya hubunganya dengan orang banyak bergantian. Tidak pribadi artinya tidak akrab sehingga jika terjadi benturan psikologis, tidak mudah menyelesaikannya. Rasional artinya ada aturan-aturan ketat yang mengikat. Dalam Gesellschaft orang bergaul berdasarkan perhitungan untung rugi. Seseorang baru memasuki pergaulan hidup Gesellschaft apabila diperkirakan ada keuntungan baginya. Ia juga bebas masuk dan keluar dari Gesellschaft sesuai dengan ada tidaknya pamrih padanya.
Akan tetapi pergaulan hidup seperti yang dikemukakan Ferdinand Tonnies itu sebenarnya hanyalah tipe-tipe ideal. Pada kenyataannya tipe-tipe ekstrem 100% tidaklah mutlak ada, yang ada hanyalah tekanan atau titik berat pada salah satu dari jenis pergaulan hidup itu. Artinya: jika titik beratnya rasio, dinamakan Gesellschaft; jika titik beratnya perasaan, dinamakan Gemeinschaft. Dalam Gesellschaft tujuan pergaulan lebih banyak ditekankan pada keuntungan; dalam Gemeinschaft untuk mendapat hubungan kekeluargaan atau kekerabatan. Kalaupun dalam Gemeinschaft ada keuntungan yang dapat diperoleh, keuntungan itu datang dengan sendirinya; dalam Gesellschaft datang karena kewajiban yang dipaksakan dari luar. Dalam Gemeinschaft kewajiban datang bukan dari luar, melainkan dari dalam diri pribadi. Apa pun sifat pergaulan itu, apakah Gemeinschaft atau Gesellschaft, tujuan hubungan manusiawi adalah pemusatan hati masing-masing yang terlibat dalam kegiatan itu.
Eduard C. Lindeman dalam bukunya yang terkenal, The Democratic Way of Life, mengatakan bahwa “Hubungan manusiawi adalah komunikasi antar persona (interpersonal communication) untuk membuat orang lain mengerti dan menaruh simpati”. Orang akan menaruh simpati jika dirinya dihargai. Dalam hubungan ini William James, seorang ahli ilmu jiwa dari Harvard University, Amerika Serikat mengatakan bahwa “tiap manusia dalam hati kecilnya ingin dihormati dan dihargai”.
Dalam pada itu, Keith Davis mengatakan bahwa human dignity (harga diri) merupakan etika dan dasar moral bagi hubungan manusiawi. Hasil penyelidikan mengenai personal wants (keinginan pribadi) telah menunjukkan bahwa tiap manusia ingin diperlakukan sebagai human being (manusia) dengan respect (kehormatan) dan dignity (penghargaan).
Agar seseorang merasa bahwa dirinya dihargai sebagai layaknya manusia dapat ditunjukkan dengan berbagai cara bergantung pada situasi, kondisi, dan tujuan dilakukannya human relations itu.
b.                Hubungan manusiawi dalam arti sempit
Hubungan manusiawi dalam arti sempit adalah juga interaksi antara seseorang dengan orang lain. Akan tetapi interaksi di sini hanyalah dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan (work organization).
“Dipandang dari sudut pemimpin yang bertanggung jawab untuk memimpin suatu kelompok, hubungan manusiawi adalah interaksi orang-orang yang menuju satu situasi kerja yang memotivasikan mereka untuk bekerja sama secara produktif dengan perasaan puas, baik ekonomis, psikologis, maupun sosial.” Demikian kata Keith Davis dalam bukunya, Human Relations at Work. Dikatakan oleh Keith Davis selanjutnya bahwa hubungan manusiawi adalah seni dan ilmu pengetahuan terapan (applied arts and science).
Jelas bahwa ciri khas hubungan manusiawi adalah interaksi atau komunikasi antarpersona yang sifatnya manusiawi. Karena manusia yang berinteraksi itu terdiri atas jasmani dan rohani yang berakal dan berbudi yang selain merupakan makhluk pribadi juga makhluk sosial maka dalam melakukan hubungan manusiawi kita harus memperhitungkan diri manusia dengan segala kompleksitasnya itu.
Seperti telah disinggung di muka, dalam organisasi kekaryaan manusia merupakan strategic component karena mempunyai peranan yang sangat penting. Organisasi kekaryaan dewasa ini cenderung menganut filsafat yang people centered yakni bahwa dalam organisasi kekaryaan manusia bukan pelaksanaan atau alat produksi belaka melainkan merupakan faktor pendorong dalam mencapai tujuan.
Hubungan manusiawi dalam organisasi kekaryaan inilah yang banyak dipelajari, diteliti dan dipraktekkan di negara-negara yang sudah maju sebab faktor manusia ini sangat berpengaruh pada usaha mencapai tujuan organisasi: dapat memperlancar, dapat juga menghambat. Dengan hubungan manusiawi, para pemimpin organisasi dapat memecahkan masalah yang timbul dalam situasi kerja karena faktor manusia, bahkan selanjutnya dapat menggairahkan dan menggerakkannya ke arah yang lebih produktif.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

soal UAS Etika Kehumasan

Artikel Komunikasi

KOMPONEN KONSEPTUAL KOMUNIKASI