SUMMARY THEORIES OF HUMAN COMMUNICATION--Oleh. I Dewa Ayu Hendrawathy Putri
Theories
Of Human Communication
“STEPHEN W LITTLEJOHN & KAREN A FOSS”
NO
|
KOMPONEN
KOMUNIKASI
|
RANAH TRADISI
YANG DI NAUNGI
|
1
|
PELAKU
KOMUNIKASI menyangkut :
|
1.
Tradisi Sosio-psikologis (teori sifat,
Kognitif & Pengolahan Informasi)
2. Tradisi
Sibernetika (Teori Penggabungan Informasi, Teori Konsistensi)
3. Tradisi
Sosiokultural (Interaksi Simbolis dan pengembangan diri, gagasan Harre’
mengenai seseorang dan diri sendiri, Pembentukan sosial mengenai Emosi,
Pembawaan diri, Teori Komunikasi tentang identitas, teori Negosiasi
Identitas).
4. Tradisi Kritik
(teori sudut pandang, Identitas yang dibentuk dan ditampilkan, teori Queer)
|
2
|
PESAN,
menyangkut :
|
1.
Tradisi Semiotik (teori Simbol : Susanne Langer,
Pondasi Klasik bahasa, Teori-teori Sistem Non Verbal)
2. Tradisi Sosiokultural
(Teori aksi berbicara, teori identifikasi Kenneth Burke, bahasa dan gender).
3. Teori
Sosiopsikologis ((teori Penyusunan Tindakan, Modl Pemilihan Strategi, Model
Penyusunan Pesan, Teori Pengertian secara simantik).
4. Teori
Fenomologis (Teori menurut Paul Ricoeu. Stenley Fish, Hans-Georg Gadamer)
|
3
|
PERCAKAPAN
|
1.
Teori Sosiopsikologis (mengelola ketidakpastian dan
kecemasan, Akomodasi dan Adaptasi)
2. Tradisi
Sosiokultural (Interaksionisme simbolis, Teori Pemusatan simbolis yang juga
disebut Symbolic-Convergence Theory, Analisis Percakapan, Teori Negosiasi
Rupa yang disebut juga Face – Negotiation Theory)
3. Tradisi
Sibernetika (Manajemen Keselarasan Makna)
4. Tradisi Kritis
(perspektif bahasa dalam kebudayaan, Teori Budaya pendamping yang
disebut juga co-cultural Theory, Retorika Ajakan)
|
4
|
HUBUNGAN
|
1.
Tradisi Sibernetika (Pola-pola Hubungan Interaksi)
2. Teori
Sosiopsikologis ((skema Hubungan dalam keluarga, Teori Penetrasi sosial)
3. Tradisi
Sosiokultural (Teori Pengelolaan Identitas, Teori Dialogis/Dialektis pada Hubungan,
Pengaturan Privasi Komunikasi).
4. Tradisi
Fenomenologis (Carl Rogers, Martin Buber)
|
5
|
KELOMPOK
|
1.
Teori Sosiopsikologis (analisis Proses Interaksi)
2. Tradisi
Sibernetika (Teori Kelompok Terpercaya, Model Input Proses Output)
3. Tradisi
Sosiokultural (Teori Penyusunan, Teori Fungsional, Teori Pemikiran Kelompok)
4. Tradisi Kritis
(Aplikasi dan Implikasi)
|
6
|
ORGANISASI
|
1.
Teori Sosiopsikologis (Teori Weber tentang
birokrasi)
2. Tradisi
Sibernetika (Proses Berorganisasi, Teori CO-Orientasi Taylor tentang Organisasi,
Teori Jaringan)
3. Tradisi
Sosiokultural (Teori Strukturasi, Teori Kendali Organisai, Budaya Organisasi)
4. Tradisi Kritis
(Wacana Kecurigaan dari Dennie Mumby, Deetz pada manajerialisme dan Demokrasi
Organisasi, Gender dan Ras dalam Komunikasi Organisasi)
|
7
|
MEDIA
|
1.
Tradisi Semiotik (Jean Baudrillard dan Semiotik
Media)
2. Tradisi
Sosiokultural (Teori Media, Fungsi Penyusunan Agenda, Penelitian Media
Tindakan Sosial)
3. Teori
Sosiopsikologis (Tradisi Pengaruh, Teori Pengembangan, Penggunaan, Kepuasan,
dan ketergantungan)
4. Tradisi
Sibernetika (Opini Masyarakat dan Spiral Ketenangan)
5. Tradisi Kritis
(Cabang2 Teori Kritis Media, Penelitian Media Feminis, Kritik Media oleh Bell
Hooks)
|
8
|
BUDAYA DAN
MASYARAKAT
|
1.
Tradisi Semiotik (Relatifitas Linguistik, Code-code
meluas dan terbatas)
2. Tradisi
Sibernetika (Penyebaran Informasi dan Pengaruh)
3. Tradisi
Fenomenologis (Hermeneutika budaya)
4. Tradisi
Sosiokultural (Etnografi Komunikasi, Performa Etnografi)
5. Tradisi Kritis
(Modernisme, Post-Modernisme, Post-Strukturalisme dan Karya dari Michel
Foucoult, Post-Kolonialisme)
|
PENGERTIAN 7 TRADISI DALAM ILMU KOMUNIKASI
NO
|
TRADISI
|
PENJELASAN
|
1
|
TRADISI
SOSIO-PSIKOLOGI (Komunikasi sebagai pengaruh antar pribadi)
|
Tradisi
sosio-psikologi merupakan contoh dari perspektif ilmiah atau objektif. Dalam
tradisi ini, kebenaran komunikasi dapat ditemukan dengan dapat ditemukan
dengan teliti – penelitian yang sistematis. Tradisi ini melihat hubungan
sebab dan akibat dalam memprediksi berhasil tidaknya perilaku komunikasi.
Carl Hovland dari Universitas Yale meletakkan dasar-dasar dari hal data
empiris yang mengenai hubungan antara rangsangan komunikasi, kecenderungan
audiens dan perubahan pemikiran dan untuk menyediakan sebuah kerangka awal
untuk mendasari teori. Tradisi sosio-psikologi adalah jalan untuk menjawab
pertanyaan “What can I do to get them change?”
Dalam kerangka
“Who says what to whom and with what effect” dapat dibagi menjadi tiga sebab
atau alasan dari variasi persuasif, yaitu :
Who –
sumber dari pesan (keahlian, dapat dipercaya)
What –
isi dari pesan (menarik dengan ketakutan, mengundang perbedaan pendapat)
Whom –
karakteristik audiens (kepribadian, dapat dikira untuk dipengaruhi)
Efek utama yang
diukur adalah perubahan pemikiran yang dinyatakan dalam bentuk skala sikap
baik sebelum maupun sesudah menerima pesan. Dalam hal ini kredibilitas sumber
amat sangat menarik perhatian.Adadua jenis dari kredibilitas, yaitu keahlian
(expertness) dan karakter (character). Keahlian dianggap lebih penting
daripada karakter dalam mendorong perubahan pemikiran.
|
2
|
TRADISI
SIBERNETIKA (Komunikasi untuk memproses informasi)
|
Tradisi
sibernetika memandang komunikasi sebagai mata rantai untuk menghubungkan
bagian-bagian yang terpisah dalam suatu sistem. Tradisi sibernetika mencari
jawaban atas pertanyaan “How can we get the bugs out of this system?”
Ide komunikasi
untuk memproses informasi dikuatkan oleh Claude Shannon dengan penelitiannya
pada perusahaan Bell Telephone Company. Dalam penelitian tersebut diketahui
bahwa informasi hilang pada setiap tahapan yang dilalui dalam proses
penyampain pesan kepada penerima pesan. Sehingga pesan yang diterima berbeda
dari apa yang dikirim pada awalnya. Bagi Shannon, informasi adalah sarana
untuk mengurangi ketidakpastian. Tujuan dari teori informasi adalah untuk
memksimalkan jumlah informasi yang ditampung oleh suatu sitem. Dalam hal ini,
gangguan (noise) mengurangi jumlah kapasitas informasi yang dapat dimuat
dalam suatu sistem.Shannonmendeskripsikan hubungan antara informasi, gangguan
(noise) dan kapasitas sistem dengan persamaan sederhana, yaitu : kapasitas
sistem = informasi + gangguan (noise).
|
3
|
TRADISI
RETORIKA (Komunikasi sebagai seni berbicara didepan umum)
|
Ada enam
keistimewaan karakteristik yang berpengaruh pada tradisi komunikasi retorika,
yaitu : (1) sebuah keyakinan yang membedakan manusia dengan hewan dalam
kemampuan berbicara, (2) sebuah kepercayaan diri dalam berbicara didepan umum
dalam sebuah forum demokrasi, (3) sebuah keadaan dimana seorang pembicara
mencoba mempengaruhi audiens melalui pidato persuasif yang jelas, (4)
pelatihan kecakapan berpidato adalah landasan dasar pendidikan kepemimpinan,
(5) sebuah tekanan pada kekuasaan dan keindahan bahasa untuk merubah emosi
orang dan menggerakkannya dalam aksi, dan (6) pidato persuasi adalah bidang
wewenang dari laki-laki.
|
4
|
TRADISI
SEMIOTIKA (Komunikasi sebagai proses berbagi makna melalui tanda)
|
Semiotika
adalah ilmu mempelajari tanda. Tanda adalah sesuatu yang dapat memberikan
petunjuk atas sesuatu. Kata juga merupakan tanda, akan tetapi jenisnya
spesial. Mereka disebut dengan simbol. Banyak teori dari tradisi semiotika
yang mencoba menjelaskan dan mengurangi kesalahpahaman yang tercipta karena
penggunaan simbol yang bermakna ambigu. Ambiguitas adalah keadaan yang tidak
dapat dihindarkan dalam bahasa, dalam hal ini komunikator dapat terbawa dalam
sebuah pembicaraan dalam suatu hal akan tetapi masing-masing memiliki
interpretasi yang berbeda akan suatu hal yang sedang dibicarakan tersebut.
Tradisi ini memperhatikan bagaimana tanda memediasi makna dan bagaimana
penggunaan tanda tersebut untuk menghindari kesalahpahaman, daripada
bagaimana cara membuat tanda tersebut.
|
5
|
TRADISI
SOSIO-KULTURAL (Komunikasi adalah ciptaan realitas sosial)
|
Tradisi
sosio-kultural berdasar pada premis orang berbicara, mereka membuat dan
menghasilkan kebudayaan. Kebanyakan dari kita berasumsi bahwa kata adalah
refleksi atas apa yang benar ada. Cara pandang kita sangat kuatdibentuk oleh
bahasa (language) yang kita gunakan sejak balita.
Kita sudah
mengetahui bahwa tradisi semiotika kebanyakan kata tidak memiliki kepentingan
atau keterikatan logis dengan ide yang mereka representasikan. Paraahli
bahasa dalam tradisi sosio-kultural menyatakan bahwa para pengguna bahasa
mendiami dunia yang berbeda. Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorfdari
University of Chicago adalah pelopor tradisi sosio-kultural. Dalam hipotesis
penelitian mereka, linguistik adalah bagian dari struktur bentuk bahasa
budaya yang berdasarkan apa yang orang pikirkan dan lakukan. Dunia nyata
terlalu luas dan secara tidak sadar terbentuk pada bahasa kebiasaan (habits)
dari kelompok. Teori linguistik ini berlawanan dengan asumsi bahwa semua
bahasa itu sama dan kata hanya sarana netral untuk membawa makna. Bahasa
sebenarnya adalah struktur dari persepsi kita akan realitas. Teori dalam
tradisi ini mengklaim bahwa komunikasi adalah hasil produksi, memelihara,
memperbaiki dan perubahan dari realitas. Dalam hal ini, tradisi
sosio-kultural menawarkan membantu dalam menjembatani jurang pemisah budaya
antara “kita” dan “mereka”.
|
6
|
TRADISI
KRITIS (Komunikasi sebagai cerminan tantangan atas percakapan yang tidak
adil)
|
Tradisi kritis
muncul di Frankfurt School Jerman, yang sangat terpengaruh dengan Karl marx
dalam mengkritisi masyarakat. Dalam penelitian yang dilakukan Frankfurt
School, dilakukan analisa pada ketidaksesuaian antara nilai-nilai kebebasan
dalam masyarakat liberal dengan persamaan hak seorang pemimpin menyatakan
dirinya dan memperhatikan ketidakadilan serta penyalahgunaan wewenang yang
membuat nilai-nilai tersebut hanya menjadi isapan jempol belaka. Kritik ini
sangat tidak mentolelir adanya pembicaraan negatif atau akhir yang
pesimistis.
Teori-teori
dalam tradisi kritis secara konsisten menentang tiga keistimewaan dari
masyarakat sekarang, yaitu : (1) mengendalikan bahasa untuk mengabadikan
ketidakseimbangan wewenang atau kekuasaan, (2) peran media dalam mengurangi
kepekaan terhadap penindasan, dan (3) mengaburkan kepercayaan pada metode
ilmiah dan penerimaan atas penemuan data empiris yang tanpa kritik.
|
7
|
TRADISI
FENOMENOLOGI (Komunikasi sebagai pengalaman diri dengan orang lain melalui
percakapan)
|
Tradisi
fenomenologi menekankan pada persepsi orang dan interpretasi setiap orang
secara subjektif tentang pengalamannya. Para fenomenologist menganggap bahwa
cerita pribadi setiap orang adalah lebih penting dan lebih berwenang daripada
beberapa hipotesis penelitian atau aksioma komunikasi. Akan tetapi kemudian
timbul masalah dimana tidak ada dua orang yang memiliki kisah hidup yang
sama.
Seorang
psikolog Carl Rogers mendeskripsikan tiga kebutuhan dan kondisi yang cukup
bagi sesorang dan perubahan hubungan, yaitu : (1) kesesuaian atau kecocokan,
adalah kecocokan atau kesesuaian anatara individu baik secara perasaan
didalam dengan penampilan diluar, (2) memandang positif tanpa syarat, adalah
sebuah sikap dalam menerima yang tidak tergantung pada perbuatan, dan (3)
pengertian untuk berempati, adalah kecakapan sementara untuk mengesampingkan
pandangan dan nilai dan memasuki dunia lain tanpa prasangka
|
Empat perspektif Imu Komunikasi
menurut (Fisher, 1986) adalah Perspektif Mekanistis, Perspektif Psikologis,
Perspektif Interaksional, dan Perspektif Pragmatis
NO
|
PERSPEKTIF
|
URAIAN
|
1
|
Perspektif Mekanistis
|
Para ahli
teori sosial dan filsuf ilmu umumnya sependapat bahwa ilmu sosial/ perilaku
amat banyak
meminjam dari ilmu fisika, pada saat disiplin baru itu menjalani perkembangan
selama tahun-tahun pembentukannya.
Perspektif mekanistis komunikasi manusia menekankan pada unsur
fisik komunikasi, penyampaian dan penerimaan arus pesan seperti ban
berjalan di antara sumber atau para penerimanya.
Semua fungsi penting dari komunikasi terjadi
pada saluran, lokus , perspektif mekanistis.Ilmu fisika yang dominan pada beberapa
abad ini merupakan perspektif mekanistis, umumnya dikenal sebagai “fisika
klasik”. Perspektif mekanistis memperlihatkan bahwa proses komunikasi adalah
aktivitas mekanik yang dilakukan oleh komunikator, yang sangat bersifat
situasional dan kontekstual.
|
2
|
Perspektif Psikologis.
|
Perspektif Psikologis tentang komunikasi manusia
memfokuskan perhatiannya pada individu (si komunikator atau penafsir) baik
secara teoritis maupun empiris. Secara lebih spesifik lagi, yang menjadi
fokus utama dari komunikasi adalah mekanisme internal penerimaan dan
pengolahan informasi. Unsur-unsur perantara dari behaviorisme S-O-R dan
psikologi kognitif, cenderung untuk mendominasi usaha penelitian para ilmuwan
komunikasi yang mempergunakan perspektif psikologis.
Komponen-komponen
Perspektif Psikologis. Orientasi Source-Response cukup menonjol
dalam perspektif psikologis tentang komunikasi manusia. Perspektif ini
menganggap bahwa manusia berada dalam suatu medan stimulus, yang secara bebas
disebut sebagai suatu lingkungan informasi. Di sekeliling setiap orang
terdapat arus stimuli yang hampir tidak terbatas jumlahnya, semuanya dapat
diproses melalui organ-organ indra penerima, yaitu penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman, dan rasa. Semua stimulus ini bersaing untuk diterima
karena banyaknya sehingga jumlahnya melebihi kapasitas manusia untuk menerima
dan mengolahnya.
Manusia yang sedang berkomunikasi tidak hanya menerima stimuli akan tetapi ia
pun menghasilkan stimuli. Sama sebagaimana halnya dengan konsep sumber atau
penerima dalam model mekanistis, dalam model psikologis manusia ditandai
sebagai makhluk yang memiliki fungsi ganda menghasilkan dan menerima stimuli,
jadi manusia adalah seorang komunikator atau penafsir stimuli informasional.
Ketika si penafsir menyerap stimuli, ia secara otomatis mengolahnya melalui
berbagai filter konseptual. Filter ini merupakan keadaan internal dari
organisme manusia. Filter tidak dapat diamati secara langsung sebagai keadaan
internal, akan tetapi dianggap sangat mempengaruhi peristiwa komunikatif.
Filter dapat digambarkan sebagai sikap, keyakinan, motif, dorongan, citra,
kognisi, konsep diri, tanggapan, orientasi, set, atau sejumlah konstruk
hipotesis lainnya.
Setelah menyaring stimuli komunikatif, komunikator merespons stimuli itu
dengan menghasilkan stimuli tambahan, yang kemudian ditambahkan kepada medan
stimulus sebagai respons perilaku. Respons itu, juga merupakan seperangkat
stimulus informasi yang terstruktur yang dikenal sebagai isyarat dan simbol
yang dihasilkan oleh komunikator dan dapat dipengaruhi oleh respons
diskriminatif berikutnya oleh penafsir lainnya.
Respons tidak seluruhnya dapat
diobservasi secara langsung. Ada bagian-bagian tertentu dari respons itu yang
tetap tersembunyi dan karenanya tidak dapat dilihat dalam peristiwa
komunikatif.
|
3
|
Perspektif Interaksional
|
Sejarah Munculnya Perspektif
Interaksional menunjukkan pandangan komunikasi manusia yang telah
berkembang secara tidak langsung dari cabang sosiologi yang dikenal sebagai interaksi
simbolis. Interaksi simbolis secara relatif merupakan pendatang baru
dalam studi komunikasi manusia, dengan asal historisnya hanya bermula dari
abad ke-19 yang lalu. Namun pengaruh interaksi simbolis ini bahkan tumbuh
lebih belakangan lagi daripada itu.
Fisher (1986) menyebutkan,
Goerge Herbet Mead, umumnya dipandang sebagai tokoh utama di kalangan
penganut interaksionisme terdahulu. Pernyataan pokok dari interaksional
aliran Mead: Mind, Self, and Society (1934), merupakan salah satu dari
keempat buku yang mencantumkan nama sebagai pengarang, yang diterbitkan
sebagai penghormatan setelah ia wafat oleh bekas para mahasiswanya. Keempat
buku tersebut terdiri dari suntingan, kumpulan, catatan perkuliahan Mead,
berkas–berkas lama, karangan–karangan singkat yang tidak diterbitkan, dan
lain–lainnya yang dapat dikumpulkan oleh mereka.
Sejaman dengan Mead,
banyak pula penganut paham interaksionisme simbolis, seperti Charles H.
Cooley, William I. Thomas, William James, John Dewey, James M. Baldwin, dan
Elsworth Fairs. Namun demikian hanya Mead yang meninggalkan filosofis yang
sifatnya relatif komprehensif dan sistematis. Oleh karena itulah, Mead yang
dipandang sebagai orang pertama yang menjelaskan doktrin filsafat
intraksionisme simbolik.
Karakteristik Interaksionisme dalam perspektif Interaksional
terdikri dari:
1. Hakikat “Diri”.
Persperktif interaksional menonjolkan keagungan dan nilai individu diatas
nilai segala pengaruh yang lainnya. Manusia dalam dirinya memiliki esensi
kebudayaan, saling berhubungan, masyarakat, dan buah pikiran. Tiap bentuk
interaksi sosial itu dimulai dan berakhir dengan mempertimbangkan diri
manusia. Inilah karakteristik utama dari seluruh perspektif ini. Dalam setiap
diri individu, perwujudan “diri” mununjukkan eksistensi “saya” (“I”) dan
“aku” (“me”).
2. Hakikat Lambang. Mead
menggambarkan bahwa arti lambang sepenuhnya tergantung pada kemampuan
individu dalam menempatkan dirinya dalam peranan “orang lain” itu umumnya
warga masyarakat yang lebih luas dan bertanya pada dirinya sendiri bagaimana
kiranya “orang lain” akan memberikan respon seandainya ia berada pada situasi
yang sama (fenomena ini dinamakan “pengambilan peran”).
3. Hakikat Tindakan Manusia.
Perspektif interaksional memungkinkan individu untuk melihat dirinya sendiri
sebagaimana orang-orang lain melihat padanya. Supaya menjadi objek penafsiran
diri, maka diri (the self) harus meninggalkan dirinya (self)
untuk melakukan penafsiran itu; yakni, individu mengasumsikan proses
penafsiran orang lain itu (disebut sudut pandang) agar dapat menentukan aku (the
self) tadi. Jadi, si individu tersebut mengambil peran orang lain “Orang
lain” tertentu di luar dirinya dan terlihat dalam penafsiran persis seperti
apa yang akan ia lakukan terhadap setiap objek lain, baik objek fisik maupun
sosial.
4. Hakikat Tindakan Sosial.
Ciri yang penting dari tindakan sosial adalah penjelasan mengapa tindakan
kolektif itu terbentuk. Tindakan secara kolektif bukanlah produk dari
kekuatan ataupun pengaruh lingkungan akan tetapi secara langsung disebabkan
individu-individu menyelaraskan atau “mencocokkan” tindakan mereka dengan
tindakan individu orang lain.
|
4
|
d.
Perspektif
Pragmatis
|
Perspektif Pragmatis merupakan
yang terbaru dari empat perspektif yang ada dalam komunikasi. Hampir seluruh
perkembangannya bermula dari penerbitan buku Pragmatic of Human
Communication tahun 1967 oleh Watzlawick, Beavin dan Jackson. Perspektif
pragmatis tentang komunikasi manusia didasarkan pada asumsi pokok teori
sistem dan teori informasi. Perspektif ini merupakan aplikasi yang sesuai
dari teori sistem pada komunikasi manusia dan jelas merupakan perkembangan
baru yang berbeda untuk penelitian komunikasi manusia.
Prinsip-Prinsip Pragmatika Sekalipun istilah pragmatika
berasal dari studi semiotics, namun perspektif pragmatis tidak
memiliki hubungan dengan semiotics untuk prinsip-prinsip
teoritis/filosofisnya. Prinsip-prinsipnya secara langsung lebih banyak
berasal dari teori sistem umum (general system theory), campuran,
multidisipliner dari asumsi, konsep dan prinsip-prinsip yang berusaha
menyediakan kerangka umum bagi studi berbagai jenis fenomena-fisika, biologi
dan sosial.
Pada
prinsipnya perspektif pragmatis merupakan alternatif bagi perspektif
mekanistis dan psikologis,
dengan memfokuskan pada urutan perilaku yang sedang berlangsung dalam ruang
lingkup filosofis dan metodologis teori system umum dan teori informasi.
Penekanannya pada urutan interaksi yang sedang berjalan, yang membatasi dan
mendefinisikan system sosial, merupakan pemindahan dari penekanan perspektif interaksional pada
pengambilan peran yang diinternalkan. Meskipun demikian,pemberian
penekanan pada perilaku interaktif, sekalipun
penjelasan kejadiannya itu berbeda,merupakan
penekanan yang sama bagi perspektif pragmatis dan interaksional.Yang
fundamental bagi setiap studi komunikasi manusia yang serius dalam perspektif
pragmatis adalah daftar kategori yang
menyatakan fungsi yang dilakukan oleh komunikasi manusia dan yang menyatakan fungsi yang dilakukan oleh komunikasi
manusia dan yang memungkinkan tindakan komunikatif untuk diulang
kembali pada saat yang bersamaan.
Selanjutnya
untuk memahami komunikasi manusia adalah mengorganisasikan urutan yang sedang
berlangsung ke dalam kelompok- kelompok karakteristik sehingga peristiwa itu
“cocok” satu sama lainnya dalam suatu pola yang dapat ditafsirkan. Urutan itu
diberi cara penggunaannya berkat ketrbatasan yang diberikan pada pilihan
interaktif; yakni, makin redudan urutan itu, makin banyak struktur yang diperlihatkan
oleh pola interaksi.Implikasi perspektif
lebih luas dan lebih jauh liputannya dalam perbedaannya dari kebijaka konvensional
yang mengitari komunikasi manusia.
Implikasi- implikasi tersebut
yakni:
• Ekternalisasi
karena
komunikasi memusatkan perhatiannya pada perilaku, maka ungkapan kliseyang dihubungkan dengan
komunikasi mulai menerima makna baru.
• Probabilitas stokatis
Umumnya
analisa data penelitian dalam ilmu- ilmu sosial mempergunakanstatistika
inferensial, dan desain- desain eksperiental. Sifat perspektif pragmatis
menimbulkanmasalah bagi para ahli yang hanya terlatih dalam methode
penelitian yang tradisional. Prinsipekuifinalitas, yang menandai system terbuka,
tidak menyisihkan sama sekali metode eksperimental,tetapi ia hanya mengurangi
arti pentingnya saja.
• Analisis kualitatif
Perspektif
pragmatis mengandung arti bahwa inferensi kausal menjadi kurangpenting dalam memahami proses
komunikasi manusia, jika tidak mau dikatakan tidak sesuai. Yanglebih penting dan relevan adalah masalah-
masalah kualitatif yang mengenai karakterisasi systemkomunikasi. Bagian ini akan berusaha
menggambarkan secara garis- besar beberapa masalahkualitatif yang
paling penting bagi studi komunikasi sekarang.
|
Komponen
Konseptual Komunikasi
Adalah
Frank E.X.Dance (1976), seorang sarjana Amerika yang menekuni bidang
komunikasi, melakukan inventarisasi 126 definisi komunikasi yang berbeda-beda
satu dengan yang lainnya.Dari definisi-definisi tersebut ia menemukan 15 (lima
belas) komponen konseptual pokok.Berikut adalah gambaran mengenai kelima belas
komponen tersebut disertai contoh-contoh definisinya
NO
|
KOMPONEN KONSEPTUAL
POKOK
|
URAIAN
|
1
|
Simbol-simbol/verbal/ujaran
|
“Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal “ (Hoben, 1954. |
2
|
Pengertian /Pemahaman |
“Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain.Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku” ( Anderson, 1959) |
3
|
Interaksi/Hubungan/prosesSosial
|
“Interaksi, juga dalam tingkatan biologis, adalah salah satu perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan kebersamaan tidak akan terjadi”(Mead, 1963) |
4
|
Pengurangan rasa ketidakpuasan
|
“Komunikasi timbul di dorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpuasan,bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego”(Barnlund, 1964) |
5
|
Proses |
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain” (Berelson dan Steiner, 1964) |
6
|
Pengalihan/Penyampaian/Pertukaran
|
“Penggunaan kata komunikasi tampaknya menunjuk kepada adanya sesuatu yang dialihkan dari suatu benda atau orang ke benda atau orang lainnya.Kata komunikasi kadang-kadang menunjuk kepada apa yang dialihkan, alat apa yang dipakai sebagai saluran pengalihan, atau menunjuk kepada keseluruhan proses upaya pengalihan, atau menunjuk kepada keseluruhan proses upaya pengalihan.Dalam banyak kasus, apa yang dialihkan itu kemudian menjadi milik atau bagian bersama.Oleh karena itu komunikasi juga menuntut adanya partisipasi.”(Ayer,1955) |
7
|
Menghubungkan/Menggabungkan
|
“Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dalam kehidupan dengan bagian lainnya “ (Ruesch,1957) |
8
|
Kebersamaan |
“Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang(monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih” (Gode, 1959) |
9
|
Saluran/alat/Jalur |
“Komunikasi adalah alat pengiriman pesan-pesan kemiliteran perintah/order, dan lain-lain, seperti telegraf, telepon, radio, kurur, dan lain-lain”(American College Dictionary) |
10
|
ReplikasiMemori |
“Komunikasi adalah proses yang mengarahkan perhatian seseorang dengan tujuan mereplikasi memori” (Cartier dan Harwood,1953) |
11
|
TanggapanDiskriminatif |
“Komunikasi adalah tanggapan deskriminatif dari suatu organisasi terhadap suatu stimulus”(Stevens,1950) |
12
|
Stimuli |
“Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai
penyampaian informasi yang berisikan stimuli deskriminatif, dari suatu sumber
terhadap penerima”(Newcomb,1966)
|
13
|
Tujuan/Kesengajaan
|
“Komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak penerima”(Miller, 1966) |
14
|
Waktu/situasi |
“Proses komunikasi merupakan suatu transfer dari suatu keseluruhan struktur situasi ke situasi yang lain sesuai pola yang diinginkan”(Sondel, 1956) |
15
|
Kekuasaan/Kekuatan
|
“Komunikasi adalah suatu mekanisme yang menimbulkan kekuatan/kekuasaan”(Schacter,1951) |
CANONICAL
RESEARCH
Bourdieu mulai
menelaah apendiks buku “Defining Communication Theories” karya West and Turner.
Tampak bahwa West and Turner mulai bicara tentang pagar yang memisahkan
pandangan antara teori-teori komunikasi yang objectivist dan yang
interpretative melalui tampilan 20 teori dalam buku mereka. Berdasarkan
analisis ini, maka Bourdieu telah menyusun nama-nama ---berdasarkan
alphabet—para pakar teori komunikasi yang menulis buku-buku tentang teori
komunikasi sebagai berikut: (Sumber
Tabel : Alo Liliweri, 2011: 116-117).
NO.
|
NAMA PAKAR
|
NAMA TEORI
KOMUNIKASI
|
1
|
Altman &
Tailor
|
Soscial
Penetration Theory
|
2
|
Aristotle
|
Rhetoric
|
3
|
Baxter &
Montgomery
|
Relational
Dialektics Theory
|
4
|
Berger &
Calabrese
|
Uncertainty
Reduction
|
5
|
Burgoon
|
Expectancy
Violation Theory
|
6
|
Burke
|
Dramatism
|
7
|
Festinger
|
Cognitive
Dissonance Theory
|
8
|
Fisher
|
The Narrative
Paradigm
|
9
|
Geerzt,
Pacanowsky, & O’Donnel-Trujillo
|
Organization
Culture Theory
|
10
|
Gerbner
|
Cultivation
Analysis
|
11
|
Giddens, Poole,
Selbold, McPhee
|
Adaptive
Structuration Theory
|
12
|
Giles
|
Communication
Accomodation Theory
|
13
|
Hall
|
Cultural
Studies
|
14
|
Hartsock
|
Standpoint
Theory
|
15
|
Janis
|
Groupthink
|
16
|
Katz, Blumler,
& Gurevitch
|
Uses &
Gratification Theory
|
17
|
Kramarae
|
Muted Group
Theory
|
18
|
McLuhan
|
Medium Theory
|
19
|
Mead
|
Symbolic
Interaction Theory
|
20
|
Noelle-Neumann
|
Spiral of
Silent Theory
|
21
|
Pearce &
Cronen
|
Coordinated
Management of Meaning
|
22
|
Petronio
|
Communication
Management Theory
|
23
|
Thibuat &
Kelley
|
Social Exchange
Theory
|
24
|
Ting-Toomey
|
Face-Negotiation
Theory
|
25
|
Weick
|
Organizational
Information Theory
|
KONSEP
YANG BERKAITAN DENGAN PERANAN KOMUNIKASI
1.
Fungsi;
Fungsi adalah seperangkat tugas (task) yang dilakoni
oleh subjek peran. Dengan kata lain, jika subjek peran adalah seorang
komunikator maka “fungsi komunikator” adalah menjalankan apa-apa yang harus
dijalankan komunikator sesuai dengan peranan komunikator, dalam komunikasi.
Jika tidak ada perincian tugas, maka sudah tentu tidak ada fungsi, jika tidak
ada fungsi maka komunikator pun tidak berperan.
2.
Tujuan;
Tujuan adalah apa yang harus atau yang direncanakan
untuk dicapai dalam aktivitas komunikasi. Tujuan ini dapat dicapai manakala
kita melaksanakan tugas-tugas yang dirumuskan dalam fungsi. Jadi peranan
komunikator (komunikasi) adalah menjalankan fungsi (seperangkat tugas) untuk
mencapai “apa” yang telah direncanakan atau yang telah ditetapkan sebelumnya.
3.
Strategi;
Adalah metode, teknik atau cara komunikasi bekerja
sehingga kita dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Jika
komunikator ingin mencapai tujuan yang telah direncanakan, maka dia akan
menjalankan seperangkat tugas tertentu (fungsi), dan untuk mempercepat,
memperlambat, membuat efektif atau tidak efektif, mendorong atau menghambat
tercapainya tujuan maka komunikator menetapkan strategi komunikasi.
Berdasarkan uraian konseptual ini, maka konsep
peranan, fungsi, tujuan, dan strategi dapat dibedakan, namun tidak dapat
dipisahkan, table berikut ini dapat membnatu kita untuk memahami konsep-konsep
ini.
Tabel berikut menunjukkan bahwa peranan dan fungsi
komunikasi yang dirancang komunikator adalah mengirimkan informasi, instruksi,
menghubungkan, mendidik, menerangkan, menghibur, persuasi, dan mempengaruhi itu
akan diarahkan untuk tujuan komunikasi yang sesuai, mengirimkan informasi agar
komunikan mengetahui, mengirimkan pesan yang mendidik agar komunikan mengerti,
mengirimkan pesan menghibur agar komunikan menikmati, mengirimkan pesan
persuasive agar komunikan berubah sikap. Pertanyaannya bagaimana cara supaya
pesan-pesan komunikasi itu dapat terkirim dan diterima dengan baik? Jawabannya
adalah dengan menyusun strategi komunikasi.
PERANAN DAN FUNGSI KOMUNIKASI
|
STRATEGI KOMUNIKASI
|
TUJUAN KOMUNIKASI
|
§ Informasi
|
1.
Kualitas Komunikator
2.
Kualitas Pesan
3.
Ketepatan Media
4.
Segmentasi Audiens
5.
Merancang Efek
6.
Mengurangi Gangguan
7.
Ketepatan Konteks
|
§ Mengetahui
|
§ Perkenalan
|
§ Mengetahui
|
|
§ Identitas
Diri
|
§ Mengetahui
|
|
§ Menyatakan
Emosi
|
§ Merasakan
|
|
§ Pertahanan
Diri
|
§ Peringatan
|
|
§ Instruksi
|
§ Mengetahui/melaksanakan
|
|
§ Persahabatan
|
§ Kenyamanan
batin
|
|
§ Menyatakan
Hubungan
|
§ Menerima
|
|
§ Sosialisasi
|
§ Mengetahui
|
|
§ Menghibur
|
§ Menikmati
|
|
§ Mendidik
|
§ Mengerti
|
|
§ Navigasi
|
§ Ketepatan
|
|
§ Motivasi
|
§ Memutuskan
|
|
§ Mendukung
|
§ Minat
dan bakat
|
|
§ Reproduksi
|
§ Pemerataan
|
|
§ Mempengaruhi
|
§ Perubahan
|
Sumber
Tabel: Alo Liliweri, 2011:134.
Berikut
juga diuraikan penjelasan peranan komunikasi dengan memberikan beberapa contoh
:
1.
Sistem saraf berperan (fungsi saraf)
mengantar pesan dari saraf pusat (yang ada di dalam otak) ke saraf yang dituju
kemudian pesan ini kembali ke otak.
2. Sistem
hukum berperan (fungsi hukum) untuk mengatur tata hubungan antara manusia, ke
kelompok, komunitas,lembaga-lembaga dalam masyarakat demi tercapainya tujuan
ketertiban social.
3. Sistem
highway antarnegara bagian di Amerika Serikat berperan (fungsi jalan bebas
ahmbatan) sebagai tempat lalu lintas mobil yang mengantar manusia, barang, dan
jasa ke tujuan tertentu, (Liliweri, 2011:134).
Komentar
Posting Komentar