Rangkuman : “Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (Introducing Communication Theory: Analysis and Application)” Richard West & Lynn H. Turner. (BAB. V) Oleh. I Dewa Ayu Hendrawathy Putri
BAB. V.
MEMAHAMI DIALOG (UNDERSTANDING THE DIALOGUE).
DIRI DAN PESAN (SELF AND MESSAGES).
MEMAHAMI DIALOG (UNDERSTANDING THE DIALOGUE).
DIRI DAN PESAN (SELF AND MESSAGES).
Teori Interaksi
Simbolik (Symbolic Interaction Theory)
George Herbert Mead mengagumi kemampuan manusia untuk
menggunakan simbol; dia menyatakan bahwa orang bertindak berdasarkan makna
simbolik yang muncul didalam sebuah situasi tertentu. Simbol yang dimaksud
adalah label arbitrer atau representasi dari fenomena. Teori ini menekankan
pada hubungan antara simbol dan interaksi. Raph Larossa dan Donald C. Reitzes
(1993) mengatakan bahwa interaksionisme simbolik adalah pada intinya sebuah
kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang
lainnya, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana dunia ini, sebaliknya
membentuk perilaku manusia. Dalam pernyataan ini, kita dapat melihat argument
Mead mengenai saling ketergantungan antara individu dan masyarakat.
Sejarah Interaksionisme Simbolik
Interaksionisme simbolik lahir pada dua universitas:
Universitas Iowa dengan tokoh Manford Kuhn dan Universitas Chicago dengan tokoh
George Herbert Mead. Kedua universitas ini mengembangkan dua metode yang
berbeda. Herbert Blummer (Universitas Chicago) menyatakan bahwa studi mengenai
manusia tidak dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode yang sama seperti
yang digunakan untuk mempelajari hal lainnya. Mahzab Chicago mendukung
penggunaan studi kasus dan sejarah serta wawancara tidak terstruktur. Sedangkan
aliran dari Universitas Iowa mengadopsi pendekatan kuantitatif dalam studinya.
Mahzab Iowa beranggapan bahwa konsep interaksionisme simbolik dapat
dioperasionalkan, dikuantifikasi, dan diuji, dalam hal ini dikembangkan sebuah
teknik “kuesioner dua puluh pertanyaan sikap diri”.
Tema dan Asumsi Interaksionisme
Simbolik
1. Pentingnya makna bagi perilaku
manusia. Teori ini berpegang bahwa individu membentuk makna
melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat intrinsik terhadap
apapun. Dibutuhkan konstruksi interpretif diantara orang-orang untuk
menciptakan makna, bahkan tujuan dari teori ini adalah menciptakan makna yang
sama. Asumsi-asumsinya:
a)
Manusia bertindak terhadap manusia
lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka. Asumsi ini
menjelaskan perilaku sebagai suatu rangkaian pemikiran dan perilaku yang
dilakukan secara sadar antara rangsangan dan respons yang berkaitan dengan
rangsangan tersebut.
b)
Makna diciptakan dalam interaksi
antarmanusia. Mead menekankan dasar intersubjektif dari makna. Makna dapat ada,
menurut Mead, hanya ketika orang-orang memiliki interpretasi yang sama mengenai
symbol yang mereka pertukaran dalam interaksi.
c) Makna
dimodifikasi melalui proses interpretif. Blumer menyatakan bahwa proses
interpretif ini memiliki dua langkah. (1) Para pelaku menentukan benda-benda
yang mempunyai makna. (2) Melibatkan perilaku untuk memilih, mengecek dan
melakukan transformasi makna di dalam konteks di mana mereka berada.
2. Pentingnya konsep diri. Tema kedua
pada teori ini berfokus pada pentingnya konsep diri (self-concept), atau
seperangkat persepsi yang relatif stabil yang dipercaya orang mengenai dirinya
sendiri. Asumsi-asumsinya:
a)
Individu-individu mengembangkan
konsep diri melalui interaksi dengan orang lain. Asumsi ini menyatakan bahwa
kita membangun perasaan akan diri (sense of self) tidak selamanya melalui
kontak dengan orang lain. Orang-orang tidak lahir dengan konsep diri; mereka
belajar tentang diri mereka melalui interaksi.
b)
Konsep diri memberikan motif penting
untuk perilaku. Pemikiran bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian
mengenal diri mempengaruhi perilaku adalah sebuah prinsip penting pada
interaksionisme simbolik. Mead berpendapat bahwa karena manusia memiliki diri,
mereka memiliki mekanisme untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri. Mekanisme
ini digunakan untuk menuntun perilaku dan sikap.
3. Hubungan antara individu dan
masyarakat. Tema ini berkaitan antara kebebasan individu dan
batasan sosial. Dalam hal ini dicoba dijelaskan
mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsinya:
a)
Orang dan kelompok dipengaruhi oleh
proses budaya dan sosial. Asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial
membatasi perilaku manusia. Selain itu, budaya secara kuat mempengaruhi
perilaku dan sikap yang kita anggap penting dalam konsep diri.
b) Struktur
sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. Asumsi ini menengahi posisi yang
diambil oleh asumsi sebelumnya. Interaksionisme simbolik mempertanyakan
pendangan bahwa struktur sosial tidak berubah serta mengakui bahwa individu dapat
memodifikasi situasi sosial. Dengan demikian para peserta dalam interaksi
memodifikasi struktur dan tidak secara penuh dibatasi oleh hal tersebut. Dengan
kata lain, manusia adalah pembuat pilihan.
KONSEP PENTING :
1. PIKIRAN
(mind), sebagai kemampuan untuk menggunakan simbol yang
mempunyai makna sosial yang sama, dan Mead percaya bahwa manusia harus
mengembangkan pikiran melalui interaksi dengan orang lain. Manusia tidak dapat
berinteraksi dengan orang lain apabila belum mengenal bahasa. Bahasa itu
sendiri tergantung pada simbol signifikan (significant symbol), atau
simbol-simbol yang memunculkan makna yang sama bagi banyak orang. Dengan
bahasa, manusia dapat mengembangkan pikiran menjadi pemikiran (thought) dan
akhirnya menghasilkan pengambilan peran (role taking), atau kemampuan untuk
secara simbolik menempatkan dirinya sendiri dalam diri khayalan orang lain.
2.
DIRI (self), sebagai
kemampuan untuk merefleksikan diri kita sendiri dari perspektif orang lain.
Bagi Mead, diri berkembang dari sebuah jenis pengambilan peran yang khusus –
maksudnya, membayangkan bagaimana kita dilihat orang lain. Mead meminjam konsep
Charles Cooley (1912), cermin diri (looking-glass-self), atau kemampuan kita
untuk melihat diri kita sendiri dalam pantulan dan pandangan orang lain.
3. MASYARAKAT (society), sebagai
jejaring hubungan sosial yang diciptakan manusia. Individu-individu terlibat
didalam masyarakat melalui perilaku yang mereka pilih secara aktif dan suka
rela. Jadi, masyarakat menggambarkan keterhubungan beberapa perangkat perilaku
yang terus disesuaikan oleh individu-individu. Masyarakat ada sebelum individu
tetapi juga diciptakan dan dibentuk oleh individu, dengan melakukan tindakan
sejalan dengan orang lainnya (Forte, 2004). Ada dua bagian penting masyarakat yang mempengaruhi pikiran dan diri,
yaitu: (a) Orang lain secara khusus (particular others), merujuk pada
individu-individu dalam masyarakat yang signifikan bagi kita. Orang-orang ini
biasanya adalah anggota keluarga, teman, dan kolega di tempat kerja serta
supervisor. Kita melihat orang lain secara khusus tersebut untuk mendapatkan
rasa penerimaan sosial dan rasa mengenai diri. Sering kali pengharapan dari
beberapa particular others mengalami konflik dengan orang lainnya; (b) Orang lain secara umum (generalized others), merujuk pada cara
pandang dari sebuah kelompok sosial atau budaya sebagai keseluruhan. Hal ini
diberikan oleh masyarakat kepada kita, dan “sikap dari orang lain secara umum
adalah sikap dari keseluruhan komunitas” (Mead, 1934). Orang lain secara umum
memberikan menyediakan informasi mengenai peranan, aturan, dan sikap yang
dimiliki oleh komunitas. Orang lain secara umum juga memberikan kita perasaan
mengenai bagaimana orang lain bereaksi kepada kita dan harapan sosial secara
umum. Perasaan ini berpengaruh dalam mengembangkan kesadaran sosial. Orang lain
secara umum dapat membantu dalam menengahi konflik yang dimunculkan oleh
kelompok-kolompok orang lain secara khusus yang berkonflik.
Komentar
Posting Komentar