Rangkuman : “Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (Introducing Communication Theory: Analysis and Application)” Richard West & Lynn H. Turner.
BAB. I
PENGENALAN AWAL (SETTING THE STAGE)
Apa
Itu Komunikasi? (Thinking About Communication: Definitions, Models and Ethics).
A.
Mendefinisikan
Komunikasi.
Komunikasi;
merupakan proses social di mana individu-individu menggunakan symbol-simbol
untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.
Lima
(5) istilah kunci dalam perspektif komunikasi
yaitu: sosial,
proses, symbol, makna dan lingkungan.
1.
Komunikasi
secara sosial (social), adalah komunikasi selalu melibatkan manusia serta
interaksi. Artinya, komunikasi selalu melibatkan
dua orang, pengirim dan penerima. Ketika komunikasi dipandang secara sosial, komunikasi selalu
melibatkan dua orang yang berinteraksi
dengan berbagai niat, motivasi dan kemampuan.
2.
Komunikasi
sebagai proses (process), hal ini berarti komunikasi bersifat kesinambungan dan
tidak memiliki akhir. Komunikasi juga
dinamis, kompleks, dan senantiasa berubah. Selain itu, karena komunikasi
merupakan proses, banyak sekali yang dapat terjadi dari awal hingga akhir dari
sebuah proses pembicaraan. Orang-orang dapat memiliki sikap yang sama sekali
berbeda ketika sebuah diskusi dimulai.
3.
Komunikasi
sebagai symbol (symbol) adalah sebuah label arbitrer atau representasi dari
fenomena. Kata symbol adalah symbol untuk konsep
dan benda, misalnya; kata cinta merepresentasikan sebuah ide mengenai cinta;
kata kursi merepresentasikan benda yang kita duduki. Label dapat bersifat
ambigu, dapat berupa verbal dan nonverbal, dan dapat terjadi dalam komunikasi
tatap muka dan komunikasi dengan menggunakan media. Simbol juga terdiri dari dua
jenis; (1) Simbol konkret (concrete symbols); symbol yang merepresentasikan
benda atau sebuah objek; (2) symbol abstrak (abstract symbols); symbol yang
merepresentaskan sebuah ide atau pemikiran.
4.
Makna
juga memegang peranan penting dalam definisi komunikasi.
Makna adalah yang diambil orang dari suatu pesan. Dalam episode-episode
komunikasi, pesan dapat memiliki lebih dari satu makna dan bahkan
berlapis-lapis makna. Judith Martin dan Tom Nakayama (2002) menyatakan bahwa
makna memiliki konsekuensi budaya. Contohnya; Orang Amerika pada umumnya tidak
menyukai hari Senin, hari pertama dalam satu minggu, dan menyukai hari Jumat. Martin
dan Nakayama menegaskan bahwa ungkapan seperti TGIF (Thanks God It’s
Friday-Syukurlah Ini Hari Jumat), tidak akan mengomunikasikan makna yang sama
pada semua orang.
5.
Lingkungan
(environment) adalah situasi atau kondisi di
mana komunikasi itu terjadi. Lingkungan terdiri dari beberapa lemen seperti;
waktu, tempat, periode sejarah, relasi, dan latar belakang budaya pembicara dan
pendengar. Lingkungan juga dapat dihubungkan. Maksudnya, komunikasi dapat
terjadi dengan adanya bantuan dari teknologi. Misalnya; komunikasi yang
difasilitasi oleh media seperti; email,
facebook, chat room atau internet.
B. Memperdebatkan Niat: Apakah Anda Bersungguh-sungguh?
Beberapa peneliti dalam bidang
komunikasi mendukung pandangan bahwa hanya perilaku yang disengaja saja yang
komunikatif. Contohnya; Greald Miler dan Mark Steinberg (1975)
menginterpretasikan proses komunikasi sebagai berikut: “Kami telah memutuskan
untuk membatasi diskusi mengenai
komunikasi pada transaksi simbolik yang disengaja: mereka yang berada pada satu
pihak mengirimkan pesan pada pihak lainnya dengan tujuan untuk mengubah
perilaku orang tersebut. Karenanya dalam definisi kami, niat untuk
berkomunikasi dan niat untuk memengaruhi merupakan hal yang sama. Apabila tidak
ada niat, tidak ada pesan (hal.15).
Perdebatan dalam mengintepretasikan apa
yang menyusun suatu peristiwa komunikasi merupakan pokok bahasan utama bagi
para peneliti bertahun-tahun yang lalu. Di awal 1950-an, sekelompok peneliti
bertemu di Palo Alto, California, untuk kolaborasi dalam pendekatan baru
terhadap komunikasi manusia. Para peneliti ini berasal dari berbagai disiplin
ilmu, termasuk psikiatri, antropologi, dan komunikasi. Diantara banyak temuan
yang muncul dari makalah-makalah penelitian, yang menonjol adalah asumsi bahwa
“Anda tidak dapat tidak berkomunikasi” (Watzlawik, et. Al., 1967). Pemikiran
ini mencerminkan ide bahwa semua hal dapat dikategorikan sebagai komunikasi.
Menurut Ti Palo Alto (Palo Alto Team), ketika dua orang sedang bersama, mereka
berkomunikasi secara terus menerus karena mereka tidak dapat tidak berperilaku.
Teoritikus komunikasi
menciptakan model-model (models), atau representasi sederhana dari
hubungan-hubungan kompleks di antara elemen-elemen dalam proses komunikasi,
yang mempermudah kita untuk memahami proses yang rumit.
Walaupun
banyak model komunikasi, di sini akan dibahas tiga yang paling utama:
1.
Model
Komunikasi Sebagai Aksi: Model Linear;
Pandangan
satu arah mengenai komunikasi yang berasumsi bahwa pesan dikirimkan oleh suatu
sumber melalui penerima melalui saluran. Pendekatan pada komunikasi manusia ini
terdiri atas beberapa elemen kunci, seperti; sumber (source), atau pengirtim pesan, mengirimkan pesan (message) pada penerima (receiver) yang akan menerima
pesan tersebut. Si penerima adalah orang yang akan engartikan pesan tersebut. Semua
dari komunikasi itu terjadi dalam sebuah saluran
(Channel), yang merupakan jalan untuk berkomunikasi. Saluran biasanya
berhubungan langsung dengan indra penglihatan, perasa, penciuman, dan
pendengaran. Jadi, anda menggunakan saluran visual ketika anda melihat teman
sekamar Anda, dan Anda menggunakan saluran tactile (persepsi secara nyata)
ketika memeluk orang tua Anda.
Komunikasi
juga melibatkan gangguan (noise),
yang merupakan semua hal yang tidak dimaksudkan oleh sumber informasi. Ada 4
jenis gangguan. Pertama, gangguan semantic (semantic noise)
berhubungan dengan slang, jargon, atau bahasa-bahasa spesialisasi yang
digunakan secara perseorangan atau kelompok. Misalnya saja; ketika sala satu
dari kami menerima laporan medis dari dokter mata, kata-kata yang muncul adalah
“ocular neuritis”, “dilated funduscopic
examination”, dan “papillary
conjunctival changes”. Ini adalah contoh gangguan semantic karena di luar
komunitas kedokteran, kata-kata ini memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki
makna sama sekali, apalagi bahasa yang digunakan adalah bahasa inggris. Kedua, gangguan fisik (eksternal)-physical (external) noise; yang berada di
luar penerima. Ketiga, gangguan
psikologis (psychological noise) merujuk pada prasangka, bias, dan
kecenderungan yang dimiliki oleh komunikator terhadap satu sama lain atau
terhadap pesan itu sendiri. Terakhir,
gangguan fisiologis (physiological noise) adalah gangguan yang bersifat
biologis terhadap proses komunikasi. Gangguan semacam ini akan muncul apabila
Anda sebagai pembicara sedang sakit, lelah atau lapar.
Walaupun
pandangan mengenai proses komunikasi ini sangat dihargai beberapa tahun lalu,
pendekatan ini sangat terbatas untuk beberapa alasan. Pertama, model ini berasumsi bahwa hanya ada satu pesan dalam
proses komunikasi. Kita semua pasti dapat mengingat saat-saat tertentu di mana
kita mengirimkan lebih dari satu pesan sekaligus. Kedua, sebagaimana telah dipelajari sebelumnya, komunikasi tidak
memiliki awal dan akhir yang jelas. Model Shannon dan Weaver didasarkan pada
orientasi yang mekanistik. Selain itu, beranggapan bahwa komunikasi terjadi
hanya ketika satu orang berbicara pada orang lainnya terlalu menyederhanakan
proses komunikasi yang kompleks.
2.
Model
Sebagai Interaksi: Model Interaksional
Model
linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja
hal ini merupakan pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-partisipan
dalam proses komunikasi. Oleh karenanya, Wilbur Schramm (1954) mengemukakan
bahwa kita juga harus mengamati hubugan antara seorang pengirim dan penerima.
Ia mengonseptualisasikan model
komunikasi interaksional (interactional model of communication), yang
menekankan proses komunikasi dua arah di antara para komunikator. Dengan kata
lain, komunikasi berlangsung dua arah; dari pengirim kepada penerima dan dari
penerima kepada pengirim.
Satu
elemen yang penting bagi model komunikasi interaksional adalah umpan balik (feedback), atau tanggapan
terhadap suatu pesan. Umpan balik dapat berupa verbal atau nonverbal, sengaja
atau tidak sengaja. Umpan balik; komunikasi yang diberikan pada sumber pesan
oleh penerima pesan untuk menunjukkan pemahaman
(makna). Elemen terakhir dalam model interaksional adalah bidang
pengalaman (field of experience)
seseorang, atau bagaimana budaya, pengalaman dan keturunan seseorang
mempengaruhi kemampuannya untuk berkomunikasi dengan satu sama lain. Setiap
orang membawa bidang pengalaman yang unik dalam tiap episode komunikasi, dan
pengalaman-pengalaman tersebut sering kali mempengaruhi komunikasi yang
terjadi. Sebagai contohnya, ketika
dua orang saling mengenal dan mulai berkencan, mereka akan secara mutlak
membawa bidang pengalaman mereka ke dalam hubungan ini.
3.
Komunikasi
Sebagai Transaksi: Model Transaksional
Model
komunikasi transaksional (transactional model of communication) (Barnlund,
1970) menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara
terus menerus dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi bersifat
transaksional berarti mengatakan bahwa proses tersebut kooperatif; pengirim dan
penerima sama-sama bertanggung jawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi
yang terjadi. Dalam model ini, satu pesan dibangun dari pesan sebelumnya;
karena itu ada ketergantungan antara masing-masing komponen komunikasi. Model
transaksional juga juga berasumsi bahwa saat kita secara terus menerus
mengirimkan dan menerima pesan, kita berurusan baik dengan elemen verbal maupun
nonverbal dari pesan tersebut. Dengan kata lain, para komunikator
menegosiasikan makna. Contohnya;
ketika seorang teman bertanya mengenai
latar belakang keluarga Anda, Anda mungkin akan menggunakan istilah yang tidak
dimengerti oleh teman Anda. Ia mungkin akan mengerutkan dahinya, menunjukkan
ketidakpahamannya akan kata yang anda gunakan. Menanggapi hal ini, hampir pasti
Anda akan segera menjelaskan istilah yang tidak dimengerti oleh teman Anda.
Pada titik ini, Anda
mungkin telah memiliki pandangan bahwa komunikasi dapat meneylesaikan hamper
semua masalah dalam masyarakat kita. Hal ini tidak mengherankan. Banyak buku
laris menghasilkan jutaan dolar dengan mengemukakan ide bahwa komunikasi adalah
ramuan ajaib yang dapat menyembuhkan segala permasalahan dalam kehidupan. Para
peneliti juga memfokuskan penelitian mereka pada hubungan yang sehat dan
memuaskan, dan sering kali melupakan
fakta bahwa beberapa hubungan dapat menjadi tidak sehat dan tidak
menyenangkan (Cupach & Spitzberg,
1994).
Dalam tahun-tahun belakangan ini, peneliti dan
teoritikus komunikasi mulai mempertanyakan apakah benar semua komunikasi
menyenangkan, rasional, penuh pemikiran, dan tulus. Para peneliti (Cupach &
spitzberg, 2004; Spitzberg & Cupach, 1998), menciptakan sebuah istilah
“sisi gelap” untuk merujuk pada proses komunikasi yang negative dan
merendahkan. Para peneliti mulai meneliti area ini karena jelas sekali bahwa
tidak semua komunikasi atau hubungan menyenangkan dan menguntungkan satu sam
lain. Sebagaimana dikatakan Steve Duck (1994) bahwa dalam hubungan antarpribadi,
kita mungkin saja dikecewakan, dikhianati, dan merasa tertekan. Akhirnya,
mempelajari komunikasi negative akan membantu kita secara pribadi dalam percakapan kita dengan
lain.
Dalam bagian ini, kita
mempelajari etika (ethics), atau persepsi akan benar atau salahnya suatu
tindakan atau perilaku. Etika adalah merupakan suatu tipe pembuatan keputusan
yang bersifat moral (Englehardt, 2001), dan menentukan apa yang benar atau
salah dipengaruhi oleh peraturan dan hukum yang ada dalam masyarakat. Kita
mulai bertanya mengapa kita perlu memahami etika, kemudian menjelaskan hubungan
etika dengan masyarakat, dan akhirnya menjelaskan keterkaitan antara etika dan
teori komunikasi.
Mengapa mempelajari
etika? Jawaban terhadap pertanyaan ini mungkin dapat berupa pertanyaan lain:
mengapa tidak mempelajarinya? Etika melampaui segala cara kehidupan dan
melampaui gender, ras, kelas sosial, identitas seksual, agama dan kepercayaan.
Dengan kata lain, kita tidak dapat menghindari prinsip-prinsip etis dalam
kehidupan kita. Donald Wright (1996) berpendapat bahwa etika merupakan bagian
dari perkembangan umat manusia, dan seiring dengan bertambahnya usia kita, kode
moral kita juga mengalami perubahan menuju kedewasaan. Elaine Englehardt (2001)
mengamati bahwa “ kita tidak menciptakan system etika kita sendiri” (hal.2),
yang berarti bahwa kita biasanya mengikuti kode budaya dan moralitas. Dari
sudut pandang komunikasi, isu-isu mengenai etika muncul ke permukaan setiap
kali pesan-pesan memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi orang lain.
Contoh-contoh
Pengambilan Keputusan dengan Mempertimbangkan Etika di Amerika Serikat :
INSTITUSI
|
CONTOH-CONTOH ISU
YANG BERKAITAN DENGAN ETIKA
|
Bisnis dan Industri
|
Apakah CEO harus diberikan kenaikan
gaji dalam perusahaan yang tidak menguntungkan?
|
Agama
|
Apakah perkawinan sesama jenis
dapat dianggap bermoral?
|
Dunia Hiburan
|
Apakah mempertunjukkan
kekerasan dalam film mendorong kekerasan dalam masyarakat?
Apakah Hollywood harus menyusun
nilai-nilai moral?
|
Pendidikan Berkelanjutan
|
Apakah siswa harus diberikan kredit
atas pengalaman hidupnya (misalnya; pengalaman kerja)?
Apakah uang sekolah mahasiswa
diberikan kepada kelompok politis dalam kampus?
|
Kedokteran
|
Apakah perusahaan obat harus bertanggung
jawab atas contoh obat?
Apakah dokter harus diberikan
izin untuk mengakhiri hidup pasien?
|
Teknologi
|
Apakah situs-situs Internet
harus mempertanggung jawabkan isinya?
Siapa yang harus mengawasi
situs-situs web yang ditujukan untuk anak-anak?
|
F. Pentingnya Memahami
Teori Komunikasi
Selain dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis Anda, mempelajari teori komunikasi juga akan membantu Anda
untuk mengapresiasi banyaknya penelitian yang dilakukan dalam berbagai macam
bidang ilmu. Apakah Anda berasal dari jurusan komunikasi, psikologi,
pendidikan, ilmu politik, atau bisnis, Anda akan melihat bahwa teori-teori yang
ada dalam buku ini merupakan hasil pemikiran, tulisan dan penelitian
orang-orang intelektual yang berasal dari bidang ilmu yang beragam. Misalkan
saja, apabila Anda membaca lebih lanjut Teori Dialektika rasional (Rational
Dialectics Theory, BAB 12), anda akan melihat bahwa banyak prinsip dalam teori
ini yang berasal dari filsafat.
Teori Groupthink Bab 14, kita akan
melihat bahwa pembuatan kebijakan asing mendorong tercetusnya teori ini. Teori
Negosiasi Muka (face-Negotiation Theory) menunjukkan bahwa para pencetusnya dipengaruhi oleh penelitian
dalam bidang sosiologi. Memahami teori komunikasi juga akan membantu Anda untuk
memahami pengalaman hidup Anda. Hampir mustahil menemukan teori dalam buku ini
yang tidak berhubungan dengan kehidupan Anda atau orang-orang di skitar Anda.
Teori komunikasi membantu Anda memahami orang lain, media, dan berbagai
kejadian, serta membantu Anda untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
mendasar. Apakah Anda pernah mempertanyakan mengapa pria dan wanita berbicara
dengan gaya yang berbeda? Membaca Teori Kelompok Diam (Muted Group Theory, Bab
22 dan di Buku 2) akan membantu Anda memahami hal ini. Peranan apakah yang
dimainkan oleh teknologi dalam masyarakat? Teori Ekologi Media (Media Ecology
Theory, Bab 25 di Buku 2)akan menjawab pertanyaan ini. Dan apa yang terjadi
ketika seseorang berdiri terlalu dekat dengan Anda ketika berbicara? Teori
Pelanggaran Harapan (Expectancy Violations Theory, Bab 8) akan menjelaskan tipe
perilaku ini.
Sejauh ini, kami melihat bahwa
mempelajari teori komunikasi akan membantu mengembangkan kemampuan berpikir
kritis Anda, menunjukkan pentingnya penelitian antarbidang Ilmu, dan membantu
Anda dalam memahami dunia sekitar anda. Satu alasan terakhir untuk mempelajari
teori komunikasi mungkin adalah alasan terpenting dalam hidup Anda, pemahaman
akan diri Anda sendiri. Mempelajari siapa Anda, bagaimana anda berperan dalam
masyarakat, pengaruh yang Anda berikan kepada orang lain, sejauh mana Anda
dipengaruhi oleh media, bagaimana Anda berperilaku dalam situasi-situasi yang
berbeda, dan apa yang memotivasi pengambilan keputusan Anda hanyalah beberapa
pokok bahasan yang terkandung dalam teori-teori yang diperkenalkan dalam buku
ini. Teori-teori komunikasi ini tidak menawarkan jawaban instan atas
pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Sebaliknya, teori-teori ini menawarkan dasar
yang diperlukan dalam memahami diri Anda lebih lanjut.
Kesimpulan
Dalam Bab ini proses komunikasi
diperkenalkan kepada anda. Diberikan juga definisi komunikasi dan pembahasan
mengenai perdebatan yang memunculkan kontroversi dalam bidang ilmu komunikasi.
Kemudian, dibahas juga tiga model komunikasi yang masih bertahan hingga kini;
model linear, interaksional, dan transaksional. Aspek-aspek negative dalam
proses komunikasi juga dipaparkan. Etika dan hubungannya dengan teori
komunikasi juga dibahas. Dan akhirnya, beberapa alasan pentingnya mempelajari
teori komunikasi ditunjukkan. Dan ketika membaca banyak teori dalam buku ini, Anda
akan dapat melihat komunikasi dari kacamata-kacamata yang berbeda.
Semoga Bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar