Public Relations By I Dewa Ayu Hendrawathy Putri


BAB I
PENDAHULUAN
SEKILAS TENTANG FENOMENA PUBLIC RELATIONS

Sebagai suatu profesi, PR baru dikenal sejak abad 20, tetapi gejalanya sendiri sudah ada jauh sebelumnya. Bahkan para ahli PR mengatakan bahwa gejala PR sudah ada sejak manusia-manusia pertama ada “Adam dan Hawa”. Gejala tersebut adalah, misalnya; hubungan antar-manusia, pemberitahuan oleh seseorang kepada orang lain, upaya seseorang mempengaruhi orang lain dan sebagainya.
Manusia adalah makhluk social, yang mana ia tidak mungkin hidup sebatang kara (menyendiri). Melainkan ia harus dan akan berinteraksi dengan orang lain dan hidup bersama dengan orang-orang lain demi pemenuhan dorongan-dorongan yang timbul pada dirinya. Dorongan-dorongan tersebut diantaranya; dorongan untuk melangsungkan hidupnya, untuk mempertahankan dirinya maupun untuk meneruskan jenisnya.
Untuk melangsungkan hidupnya manusia harus makan. Dan berdasarkan pengalamannya, baginya adalah lebih mudah untuk mencari makanan secara bersama-sama dengan orang lain daripada seorang diri. Dalam mencari kawan untuk usahanya itu, misalnya; dalam hal berburu, ia akan mencari orang yang sefaham dan dapat dipercaya. Namun, guna dapat mengetahui kualitas orang yang akan diajaknya itu ia perlu mengadakan hubungan dengan sejumlah orang. Apabila diketahuinya bahwa ada seseorang atau beberapa orang yang yang berkenan dihatinya, maka ia berusaha untuk menanamkan pengertian sehingga ajakannya itu tidak di tolak.
Selanjutnya, dorongan untuk mempertahankan diri dapat diketahui dengan jelas pada kehidupan manusia zaman purba. Hidup kerja sama dengan orang lain adalah mutlak. Kalau ia bertekad hidup menyendiri, kemungkinan besar ia tidak akan hidup lama. Kalau tidak diterkam binatang buas, kemungkinan ia akan dibunuh oleh sesama manusia. Yang berlaku pada waktu itu adalah hokum rimba “siapa yang kuat dia pasti menang dan pasti berkuasa”. Jadi dalam hal ini kelompok yang kuatlah yang akan terus dan bertahan hidup. Dalam hubungan ini, seseorang yang ingin hidup terus harus mencari kawan yang sefaham dan yang dapat dipercaya. Untuk mendapatkan orang yang bias dijadikan teman, ia harus mengadakan hubungan dengan sejumlah orang. Jika sudah diketahui adanya orang-orang yang bias direkrut sebagai teman, maka ia harus berusaha menanamkan pengertian, dan kalau perlu ia harus mempengaruhinya (to persuate) sehingga mereka bersedia bersama-sama mempertahankan diri (survive) dari bahaya serangan binatang buas maupun musuh.
Dalam dorongan untuk meneruskan jenisnya, manusia tidak mungkin melakukannya seorang diri. Ia harus mencari teman hidup yang berlainan jenis. Misalnya; seorang pria harus mencari teman hidupnya seorang wanita, begitu juga sebaliknya. Karena kedua insan tersebut mempunyai itikad yang sama, maka mereka harus mempunyai hasrat (desire) yang sama pula untuk hidup bersama-sama. Dalam pelaksanaannya, si pria mengadakan hubungan dengan si wanita, atau juga bisa sebaliknya. Maka untuk menanamkan pengertian atau kalau perlu mempengaruhinya agar bersedia untuk mengarungi bahtera kehidupan bersama. Dan syarat mutlak dalam hubungan ini adalah dasar kepercayaan, selanjutnya mungkin cinta, sayang dan sebagainya.
Demikianlah gejala-gejala, yakni upaya-upaya mengadakan hubungan, menanamkan pengertian, mempengaruhi dan membina kepercayaan, merupakan unsur-unsur dari konsep yang dewasa ini dikenal sebagai Public Relations (PR /PUREL/ HUMAS).

1.1. PERKEMBANGAN PR DI NEGARA BARAT
Di Negara Eropa dan Amerika Serikat, pihak pertama yang mulai menerapkan teknik-teknik PR adalah pemerintahannya, pada tahun 1809 Departemen Keuangan Inggris Raya yang menunjuk seorang juru bicara resmi. Kemudian pada taun 1854, Dinas Pos Inggris Raya, dalam satu laporan tahunannya pertama, mengakui perlunya penjelasan secara luas atas pelayanan yang dilakukan kepada masyarakat umum. Taktik PR yang cukup rinci dan terarah mulai digunakan oleh Pemerintahan Inggris pada tahun 1912 (Anggoro, 2000 : 31).
Di Amerika Serikat, biro konsultan PR yang pertama dibentuk oleh seorang mantan wartawan yang bernama Ivy Letbetter Lee. Sebelum membentuk lembaga konsutan PR, ia pernah menangani fungsi-fungsi PR disatu perusahaan yang bergerak di sector batubara. Ia juga pernah memiliki pekerjaan di sebuah perusahaan kereta api, yakni Pensylvania Railroad, dan tahun 1914 menjadi seorang penasehat uatama Raja minyak Amerika, John D. Rockefeller. Fungsi PR pada lembaga pemerintah sudah berlangsung sejak 200 tahun sebelumnya, tetapi pelaksanaan PR kalangan swasta dan tumbuhnya konsultan PR terjadi lebih dulu di Amerika.

1.2. PERKEMBANGAN PR DI DUNIA KETIGA
PR merupakan suatu subjek studi dan kegiatan yang sangat diminati di Negara-Negara dunia ketiga, karena menghadapi kebutuhan yang begitu mendesak untuk menyebarkan berbagai macam pengtahuan dan pemahaman kepada penduduknya, baik sector swasta maupun pemerintah di dunia ketiga ini (Anggoro, 2000 : 34).
Pemerintah Negara-Negara sedang berkembang, menghadapi tantangan PR yang sangat besar. Sehubungan dengan besarnya tantangan itu, maka lembaga-lembaga pemerintah membutuhkan para praktisi PR yang andal daripada sektor-sektor industri serta komersial swasta. Para praktisi PR tidak hanya dibutuhkan lembaga-lembaga sipil, akan tetapi juga dikalangan militer. Pada setiap jajaran angkatan bersenjata, termasuk dinas kepolisian, kita selalu menemukan seorang atau beberapa pejabat PR. Semua instansi di berbagai bidang apakah pendidikan, kesehatan, dan dinas pelayanan social selalu memiliki staf PR. Tentu saja pejabat PR juga dapat ditemui pada perusahaan-perusahaan besar di Negara yang sedang berkembang seperti; Indonesia, Nigeria, Tanzania dan lainnya. Ruang lingkup PR yang ditangani oleh swasta di Negara-Negara sedang berkembang sangat luas. Pada awalnya tradisi PR ini dibawa oleh perusahaan-perusahaan multinasional dan perwakilan-perwakilan asing.

1.3. PERKEMBANGAN PR DI INDONESIA
Tidak ada catatan yang pasti, mulai kapan profesi PR berkembang di Indonesia, namun yang jelas praktik PR dalam pengertiannya yang paling hakiki sudah ada di Nusantara sebelum kedatangan bangsa Belanda. Sebagai salah satu contoh; usaha penembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram, untuk menyebarkan citra positif bahwa ia dan keturunannya akan menjadi pasangan Nyi Roro Kidul, pada dasarnya informasi ini ditujukan untuk menyaingi para Sunan (Wali) yang sangat disegani pada masa-masa tersebut.
Namun secara kelembagaan atau institusional, profesi PR diakui keberadaannya sejak terbentuknya Bakohumas pada tanggal 13 Maret 1971. Bakohumas ini menghimpun para pejabat dan staf PR dilingkungan departemen, lembaga-lembaga pemerintah, dan BUMN. Perkembangan PR di Indonesia cukup pesat, dan tiga faktor yang melatar belakangi, cepatnya kemajuan teknologi, pertumbuhan ekonomi dan kian hausnya masyarakat akan informasi. Selanjutnya, lembaga pertama di Indonesia yang menghimpun para PR (individu) adalah Perhumas (Public Relations Association of Indonesia). Lembaga ini didirikan pada tanggal 12 Desember 1972. Pendirinya terdiri dari kalangan swasta dan pemerintah antara lain: Wardiman Djojonegoro, Brigjen. Soemrahadi, Marah Joenoes, Nana Sutresna, Feisal Tamin. R.M. Hadjiwibowo, Dr. Alwi Dahlan, Drs. Soemadi, Uman Soedjon, Wasaksono Noeradi, dan beberapa tokoh lainnya. Perhumas tercatat sebagai anggota IPRA (International Public Relations Association) yang berpusat di Jenewa Swiss, serta Perhumas turut merintis pembentukan FAPRO (Federations of ASEAN Public Relations Organizations) pada awal 1980-an.
Tanggal 13 September 1996, terbentuk Forkamas (Forum Komunikasi Humas Perbanas) yang khusus menghimpun pejabat PR di lingkungan perbankan, penggagasnya adalah Gubernur Bank Indonesia Soedradjad Djiwandono. Sebelumnya, perusahaan biro-biro konsultan PR telah membentuk Assosiasi pada tahun 1986 dengan nama APPRI (Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia). Di luar itu masih banyak asosiasi yang realtif independent. Misalnya; H3 (Himpunan Humas Hotel) yang terbentuk tanggal 23 Pebruari 1995 atau Jayakarta PR Club. Perkembangan kelembagaan (asosiasi) PR turut memberi andil yang tinggi bagi perkembangan profesi PR di Indonesia.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

soal UAS Etika Kehumasan

Artikel Komunikasi

KOMPONEN KONSEPTUAL KOMUNIKASI